Waspadai Distopia Flexing dan FOMO di Media Sosial
Ilustrasi remaja terkena dampak distopia flexing & fomo media sosial /freepik--
Utamakan kesehatan mental dan fisikmu. Jangan biarkan media sosial mengendalikan hidup dan kebahagiaanmu. Carilah bantuan profesional jika kamu merasa tertekan atau cemas. Kesehatan mental adalah prioritas utama. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika kamu merasa kewalahan atau membutuhkan dukungan.
Distopia media sosial, yang dipicu oleh fenomena flexing dan FOMO, menciptakan realitas digital yang penuh dengan perbandingan sosial yang tidak sehat, kecemasan yang berlebihan, dan perilaku konsumtif yang tidak rasional.
Flexing, dengan pamer kekayaan dan pencapaian yang berlebihan, memicu rasa iri dan ketidakpuasan, sementara FOMO, atau rasa takut ketinggalan, menciptakan ketergantungan pada media sosial dan tekanan untuk terus mengikuti tren.
BACA JUGA:Tugas yang Tak Pernah Sampai Meja Dosen
Kedua fenomena ini saling memperkuat, menciptakan lingkaran setan yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan individu, khususnya remaja.
Namun, dengan meningkatkan kesadaran diri, mengatur penggunaan media sosial, dan memfokuskan diri pada hubungan dan pengalaman di dunia nyata, kita dapat melepaskan diri dari jeratan distopia ini dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan teknologi digital.
Jangan biarkan media sosial mendikte hidupmu, kuasailah teknologi, jangan sampai teknologi menguasai dirimu. Ingat, kebahagiaan sejati tidak ditemukan di likes dan followers, tapi dalam hubungan nyata dan kepuasan diri.***
Oleh Revani Meiliana
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta
- Share
-