Waspadai Distopia Flexing dan FOMO di Media Sosial
Ilustrasi remaja terkena dampak distopia flexing & fomo media sosial /freepik--
Perbandingan sosial yang terus-menerus dapat memicu perasaan depresi dan rendah diri. Hal ini dapat memicu perasaan depresi dan rendah diri yang kronis. Kita merasa tidak cukup baik, tidak cukup sukses, dan tidak cukup berharga. Perasaan ini kemudian berujung pada penurunan kepercayaan diri, motivasi, dan bahkan dapat memicu masalah kesehatan mental yang lebih serius. Siklus perbandingan yang tak berujung ini membuat kita terperangkap dalam perasaan tak pernah cukup.
3. Mengganggu Hubungan Sosial
Flexing dapat merusak hubungan sosial. Teman-teman kita mungkin merasa iri atau tertekan karena gaya hidup yang kita pamerkan, sehingga menciptakan jarak dan ketidaknyamanan dalam interaksi sosial kita. Hubungan yang seharusnya dibangun atas dasar saling mendukung dan menghargai, justru menjadi ajang perbandingan dan persaingan. Flexing menciptakan dinding pembatas dengan orang-orang terdekat, menciptakan kesenjangan sosial, dan merusak ikatan persahabatan yang berharga.
FOMO: Takut Ketinggalan, Atau Kehilangan Diri Sendiri?
FOMO, atau Fear Of Missing Out, adalah rasa cemas yang muncul karena takut ketinggalan tren, acara, atau pengalaman yang sedang populer. Generasi Z, dengan akses mudah ke informasi dan media sosial, sangat rentan terhadap FOMO.
Bayangkan, kamu melihat semua temanmu menonton konser band favorit, sementara kamu tidak bisa seperti mereka. Rasa ingin seperti orang lain, itulah yang dinamakan FOMO. Mari kita uraikan beberapa manifestasi utama dari FOMO:
1. Ketakutan Ketinggalan Tren
FOMO membuat kita merasa cemas jika tidak mengikuti tren terbaru, baik itu fashion, makanan, atau aktivitas lainnya. Kita merasa harus selalu update agar tidak ketinggalan. Contohnya, kamu merasa harus membeli sepatu yang lagi hits, walaupun sebenarnya kamu sudah punya sepatu yang nyaman.
2. Ketergantungan Media Sosial
FOMO membuat kita lebih sering dan lama menggunakan media sosial, menciptakan siklus yang sulit diputus. Kita terus-menerus mengecek update, takut ketinggalan informasi atau momen penting. Bayangkan, kamu terus-menerus mengecek Instagram dan TikTok, sampai lupa waktu dan kewajiban lain.
3. Gangguan Tidur dan Kesehatan Mental
Penggunaan media sosial yang berlebihan, dipicu oleh FOMO, dapat menyebabkan gangguan tidur, kecemasan, dan depresi. Bayangkan, kamu begadang hanya untuk mengecek media sosial dan merasa cemas jika ada sesuatu yang kamu lewatkan.
4. Penyangkalan Realitas
FOMO membuat kita sulit menerima bahwa kita tidak bisa mengikuti semua tren atau pengalaman. Kita merasa tertekan karena tidak bisa memenuhi ekspektasi sosial yang tidak realistis. Contohnya, merasa sedih karena tidak bisa pergi ke semua acara yang diundang teman-teman.
- Share
-