Waspadai Distopia Flexing dan FOMO di Media Sosial
Ilustrasi remaja terkena dampak distopia flexing & fomo media sosial /freepik--
Flexing memicu perbandingan sosial yang tak berujung, menciptakan perasaan iri, minder, dan tidak aman. Kita cenderung fokus pada apa yang tidak kita miliki, bukannya mensyukuri apa yang sudah ada. Misalnya, membandingkan liburan kita ke pantai dekat rumah dengan liburan teman ke Eropa.
3. Perilaku Konsumtif
Terpapar flexing secara terus-menerus dapat mendorong perilaku konsumtif yang tidak sehat. Kita terdorong untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan, hanya untuk mengikuti tren atau mendapatkan pengakuan sosial. Contohnya, membeli sepatu baru yang mahal hanya karena influencer favorit kita memakainya.
4. Stres dan Kecemasan
Tekanan untuk selalu tampil sempurna di media sosial, meniru gaya hidup yang ditampilkan orang lain, dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang berlebihan. Bayangkan, rasa cemas yang muncul ketika kita merasa postingan kita tidak mendapatkan banyak likes atau komentar.
BACA JUGA:Belajar Pulih dari Gagalnya Cinta yang Katanya Sehat
Contoh Distopia Flexing dalam Kehidupan Sehari-hari
Bayangkan kamu scrolling Instagram dan melihat postingan teman yang baru saja membeli mobil sport terbaru. Tiba-tiba rasa iri muncul, membandingkan kehidupanmu dengan kehidupan yang tampak sempurna di layar ponsel.
Atau, kamu melihat postingan influencer yang selalu berlibur ke tempat-tempat eksotis, menciptakan rasa tidak puas dengan kehidupanmu sendiri. Kamu mungkin mulai bertanya-tanya, "Kenapa aku nggak bisa seperti dia?" Itulah contoh nyata bagaimana flexing menciptakan distopia dalam kehidupan kita. Perasaan iri dan tidak cukup ini bisa berdampak negatif pada kesehatan mental.
Dampak Negatif Distopia Flexing
Flexing, menyimpan konsekuensi negatif yang cukup serius bagi kesehatan mental dan kesejahteraan kita. Lebih dari sekadar pamer, dampaknya dapat merembet ke berbagai aspek kehidupan. Berikut beberapa dampak negatif flexing yang perlu kita waspadai:
1. Menurunnya Rasa Syukur
Terlalu fokus pada apa yang tidak dimiliki dapat membuat kita kehilangan rasa syukur atas apa yang sudah kita miliki. Keinginan untuk memiliki apa yang orang lain miliki mengaburkan pandangan kita terhadap hal-hal berharga yang sudah ada di sekitar kita. Akibatnya, kepuasan hidup berkurang, dan kita terus terjebak dalam perlombaan yang tak pernah usai, sehingga kita terus merasa kekurangan dan iri hati.
2. Memicu Depresi
- Share
-