Waspadai Distopia Flexing dan FOMO di Media Sosial

Waspadai Distopia Flexing dan FOMO di Media Sosial

Ilustrasi remaja terkena dampak distopia flexing & fomo media sosial /freepik--

Contoh Distopia FOMO

Bayangkan kamu melihat banyak temanmu pergi ke konser musik terkenal, sementara kamu harus lembur. Rasa cemas dan penyesalan muncul, membuatmu merasa ketinggalan momen penting. Atau, kamu melihat banyak orang mengunggah foto dengan latar belakang tempat wisata baru yang sedang hits, sementara kamu hanya bisa melihatnya dari layar ponsel.

Itulah contoh nyata bagaimana FOMO menciptakan distopia dalam kehidupan kita. Kamu mungkin merasa hidupmu kurang bermakna karena tidak mengikuti tren.

Dampak Negatif Distopia FOMO

FOMO, memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan kita. Lebih dari sekadar rasa takut ketinggalan, FOMO dapat mengganggu produktivitas, konsentrasi, dan bahkan menciptakan siklus negatif yang sulit diputus. Dampak-dampak tersebut tidak hanya memengaruhi kehidupan digital kita, tetapi juga kehidupan nyata secara keseluruhan. Berikut beberapa konsekuensi negatif yang ditimbulkan oleh FOMO:

BACA JUGA:Saat Bicara Tak Lagi Menyelesaikan Apa-Apa

1. Menurunnya Produktivitas

FOMO dapat menurunkan produktivitas karena kita terlalu fokus pada media sosial dan aktivitas online lainnya. Alih-alih menyelesaikan tugas-tugas penting, waktu kita habis untuk mengecek update terbaru, mencari informasi tentang tren terkini, atau membandingkan diri dengan orang lain. Hal ini dapat berdampak pada kinerja akademik, pekerjaan, dan berbagai aspek lainnya yang membutuhkan konsentrasi.

2. Mengganggu Konsentrasi

Rasa cemas karena takut ketinggalan dapat mengganggu konsentrasi dan fokus kita pada hal-hal penting. Pikiran kita dipenuhi oleh kekhawatiran akan momen-momen yang mungkin terlewatkan, menghalangi kemampuan kita untuk berkonsentrasi pada tugas yang sedang dikerjakan. Akibatnya, kita menjadi kurang efisien, mudah terdistraksi, dan rentan terhadap kesalahan.

3. Menciptakan Siklus Negatif

FOMO dapat menciptakan siklus negatif di mana kita terus-menerus mengejar hal-hal baru tanpa pernah merasa puas. Setelah mengikuti satu tren, kita langsung mencari tren berikutnya, dan seterusnya. Siklus ini menciptakan rasa hampa dan ketidakpuasan yang terus-menerus, karena kita selalu merasa ada sesuatu yang lebih baik yang terlewatkan. Kita terperangkap dalam perlombaan tiada akhir, tanpa pernah mencapai rasa puas.

Dampak Gabungan Flexing dan FOMO

Gabungan flexing dan FOMO menciptakan lingkaran setan yang berbahaya. Flexing menciptakan standar yang tidak realistis, sementara FOMO mendorong kita untuk mengejar standar tersebut, meski berdampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan kita. 

Hal ini dapat menyebabkan perbandingan sosial yang tak berujung, perilaku konsumtif yang berlebihan, dan mengabaikan kehidupan nyata. Bayangkan, kamu merasa harus membeli barang-barang mewah karena melihat postingan temanmu, dan merasa cemas jika tidak mengikuti tren terbaru. Ini adalah contoh nyata bagaimana kedua hal ini saling memperkuat dan menciptakan distopia.

Share
Berita Lainnya