Terlalu Lama Pergi

Terlalu Lama Pergi

Ilustrasi/Pixabay--

 

Cerpen ini terinspirasi dari sebuah lagu
" I' ve been away to long"

 

Lagu itu mengalun pelan di kamarku. Aku terbaring diam, mendengarkan setiap baitnya yang menusuk seperti belati ke dalam hatiku. "Aku sudah lama pergi... Bagaimana aku bisa mengatakannya padamu... aku menyukai seseorang yang baru..."

Udara pagi menyelinap melalui celah jendela, membawa serta kenangan yang tak mampu kuusir. Suaramu masih terngiang di kepalaku—suara yang dulu membuat hari-hariku penuh warna. Tapi sekarang, hanya hampa yang tersisa.

Aku memejamkan mata, mengingat saat terakhir kita bertemu. Senyummu masih sama, tapi tatapanmu penuh dengan sesuatu yang sulit kuartikan—sebuah perasaan yang tak ingin kuterima.

Aku bangkit perlahan dari tempat tidur. Kakiku masih lemah, tubuhku masih belum sepenuhnya pulih dari sakit yang menyerangku beberapa hari terakhir. Namun, ada dorongan dalam diriku untuk melihat dunia di luar jendela.

BACA JUGA:Kenangan Cinta dalam Secangkir Kopi

Saat kubuka jendela, udara segar langsung menyergap wajahku. Lalu mataku menangkap sosokmu—berdiri di sudut jalan, senyummu hadir menghiasi pagi itu.

Aku sudah lama pergi...

Lirik lagu itu kembali terngiang di telingaku, seolah menjadi pernyataan yang harus kuterima. Aku sudah lama pergi, bukan hanya secara fisik, tapi juga secara perasaan. Namun, apakah aku benar-benar bisa mengatakannya padamu?

Dulu, aku selalu percaya bahwa cinta bisa bertahan selamanya. Aku dan kamu, kita seperti kepingan puzzle yang saling melengkapi. Kita tertawa bersama, melewati hari-hari dengan cerita-cerita sederhana yang terasa begitu istimewa.

Aku masih ingat saat kita duduk di bawah pohon rindang di taman kota, berbagi mimpi dan cita-cita. Kau ingin membuka sebuah kedai kopi kecil, sementara aku ingin menulis buku tentang perjalanan hidup kita. Kita membayangkan masa depan yang indah, penuh dengan kebersamaan.

Tapi hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana.

Sumber:

Berita Terkait