Hijrah dan Tahun Baru Islam

Hijrah dan Tahun Baru Islam

Ilustrasi) Sejarah Islam di Indonesia / Egyptian Streets/intisari online--

Jakarta, AktualNews-Hari Ahad, tgl 7 Juli kemarin menjadi hari yang sangat penting. Hal itu karena hari itu adalah tgl 1 Muharram 1446 Hijriyah. Sebuah hari yang seharusnya menjadi hari selebrasi bagi umat ini. Hari yang sayogyanya disikapi dengan kegembiraan dan suka cita. Tidak saja karena merupakan tahun baru bagi Islam. Tapi juga memiliki nilai sejarah penting (historical significance) dalam rentetan perjalanan sejarah Islam. 

Adalah Umar Ibnu Khattab, Khalifah Rasyidah kedua, yang menetapkan calendar Islam bagi umat ini. Penetapan awal penanggalan ini juga ditandai dengan peristiwa sejarah yang penting tadi. Yaitu hari Hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah. Hari yang menjadi penentu survival (keberlanjutan) Dakwah Rasulullah SAW. 

BACA JUGA:Sambut Tahun Baru Islam, Hj.Ellya Rosa Siregar Ajak Masyarakat Dzikir Bersama

Pemilihan Hijrah sebagai awal bagi penanggalan (kalender) Islam bukan tanpa makna. Pemilihan ini juga sesungguhnya memiliki makna yang sangat signifikan dalam perjalanan sejarah Islam dan umat. Hal ini juga tidak lepas dari kenyataan bahwa Umar Ibnu Al-Khattab adalah seorang sahabat yang memiliki intelijensia yang tinggi. Bukan hanya kepintaran akal. Tapi yang terpenting adalah kepintaran batin (spiritual intelligence) yang sangat tajam. 

 

5 tahap perjuangan hingga kemenangan 

 

Jika kita menelusuri derap langkah perjuangan Rasulullah dalam mendakwahkan agama ini, akan kita dapati lima tahap penting yang dilalui hingga tercapainya “fathan mubina” (kemenangan besar itu). 

Pertama, kelahiran Muhammad yang lebih populer di dunia Islam dengan “Maulid Nabi”. Beliau yang terlahir itu bukan sekedar seorang manusia (basyar) seperti kita semua. Tapi yang terlahir adalah manusia terbaik dan termulia (Khaerul anaam) sekaligus penghulu (sayyid) dan penutup (khatam) para nabi dan Rasul. Yang lebih penting lagi beliau diamanahi oleh Pencipta langit dan bumi untuk membawa agama dalam formatnya yang sempurna ke seluruh penjuru dunia. Semua ini menjadikan kelahirannya menjadi sangat Istimewa dalam perjalanan sejarah Islam. 

Kedua, diangkatnya Muhammad (SAW) menjadi nabi dan Rasul Allah. Hal itu ditandai dengan turunnya wahyu pertama kepada bellai “Iqra’”. Dengan pengangkatan beliau menjadi nabi dan Rasul yang dikenal dengan “bi’tsah ar-Rasul” ini jalan juang dimulai. Langkah juang sejak itu berjalan ke depan tanpa henti dan tak akan mundur. Sebagaimana sikap Rasulullah di saat diiming-imingi dengan ragam janji duniawi agar dakwahnya dihentikan.

Ketiga, terjadinya proses awal soliditas umat di Mekah. Tahap ini ditandai dengan meningginya resistensi kafir Quraish yang salah satunya dengan diboikotnya keluarga Rasulullah, Bani Hasyim. Satu hal yang kemudian terjadi pada fase ini adalah meninggalnya dua orang terdekat Rasuluh; isteri beliau Khadijah RA dan paman beliau Abu Thalib. Di saat-saat seperti inilah Allah  memperjalankan hambaNya di malam hari yang disebut “Isra’ Mi’raj”. 

BACA JUGA:Prajurit Petarung Yonmarhanlan I Bersama Lantamal 1 Belawan Gelar Peringatan Tahun Baru Islam 1444 H/2022 M

Pada fase ini sesungguhnya terjadi kebangkitan Islam (dan umat Islam) pada tataran individual. Kebangkitan umat secara individual itu ditandai dengan penguatan ruhiyah (spiritualitàs). Dan inilah sesungguhnya yang terjadi dengan Isra’ Mi’raj dan secara khusus diterimanya perintah sholat lima waktu. Sholat adalah jalan penguatan spiritual tertinggi dalam Islam. Karena Sholat adalah “mi’raj” orang-orang beriman.

Keempat, tiba masa kebangkitan umat secara komunal (kolektif). Kebangkitan komunal inilah yang terjadi melalui proses Hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah. Madinahlah yang menjadi tempat terbangunnya struktur keumatan yang di kemudian para hari-hari selanjutnya tumbuh menjadi a global Community (ummatan). 

Sumber:

Berita Terkait