Petani Tidak Pernah Menikmati Benar Kenaikan Harga Sayur Mayur di Pasar
--
Surabaya, AktualNews -Saat ini ibu-ibu di wilayah Balongsari, Surabaya Barat, Jawa Timur menjerit dengan kenaikan bahan pokok rumah tangga. Mengapa begitu? Baiklah kami sampaikan kondisi yang terjadi saat ini:
Tomat awalnya Rp. 8000 menjadi 24.000.
Brambang atau bawang merah semula Rp.18.000 menjadi 30.000
Bawang putih Rp. 22.00 menjadi Rp. 40.000
Tepung beras 1 Kg Rp.11.000 menjadi Rp.15.000.
Beras Pinpin juga naik dari Tp.12.000 menjadi Rp.14750
Wortel naik gg begitu banyak dari Rp.9000 menjadi Rp.12.000
Kentang Rp.11.500 menjadi Rp.18.000
Cabe dari Rp.20.000 menjadi Rp.80.000.
Semua harga dengan kondisi kenaikan seperti di atas bisa jadi berlaku di wilayah Indonesia lainnya. Tapi, apakah para petani merasakan dampak positif yang signifikan untuk terjadinya perubahan hidup yang luar biasa? Ternyata tidak.
BACA JUGA:Rahasia Memulai Usaha Agar Sukses
Kenaikan semua komoditas di atas yang meraup keuntungan adalah para pengepul, broker, tengkulak, pedagang dan pihak lain di luar orang-orang yang berpredikat sebagai petani. Kesulitannya, petani tetap tidak berubah.
Kondisi petani yang tidak pernah makmur sejahtera seakan menjadi fitrah atau takdir yang harus dijalani tanpa bisa dilawan. Itu karena petani tidak pernah punya nilai tawar yang tinggi sehingga hidup selalu di bawah kekuasaan para kapitalis.
Sumber: