Asap dari Masa Lalu, Sejarah Rokok di Indonesia
Ilustrasi/Pixabay--
Jakarta, AktualNews- Di balik kepulan asap yang kini akrab di warung kopi, terminal, hingga sudut-sudut desa, rokok menyimpan kisah panjang yang berkelindan dengan sejarah kolonial, budaya lokal, dan dinamika sosial Indonesia. rokok bukan sekadar produk konsumsi—ia adalah jejak sejarah yang membentuk identitas dan ekonomi bangsa.
BACA JUGA:Rokok dan Stres, Kenyamanan Sementara, Ancaman Nyata
Jejak Tembakau dari Dunia Baru
Tembakau bukan tanaman asli Nusantara. Ia berasal dari benua Amerika dan mulai dikenal dunia setelah penjelajahan bangsa Eropa pada abad ke-15. Melalui jalur perdagangan global, Tembakau akhirnya tiba di kepulauan Indonesia pada abad ke-17, dibawa oleh pedagang Belanda dan Portugis.
Awalnya, tembakau digunakan dalam praktik pengobatan tradisional dan ritual adat. Namun, seiring waktu, ia menjadi komoditas dagang yang menggiurkan. Tanah subur dan iklim tropis Indonesia menjadikan tembakau tumbuh subur, terutama di wilayah Jawa, Sumatra, dan Madura.
Lahirnya Kretek: Inovasi Lokal yang Mendunia
Akhir abad ke-19 menjadi titik balik penting dalam sejarah rokok Indonesia. Di kota Kudus, Jawa Tengah, seorang pria bernama Haji Djamhari mencampurkan tembakau dengan cengkeh untuk meredakan sesak napasnya. Campuran ini menghasilkan aroma khas dan bunyi “kretek” saat dibakar—dari sinilah nama “rokok kretek” berasal.
Kretek bukan hanya inovasi medis rumahan, tetapi juga cikal bakal industri rokok lokal. Dalam waktu singkat, kretek menyebar luas dan menjadi simbol perlawanan terhadap dominasi rokok putih buatan asing. Kretek adalah rokok Indonesia—dengan cita rasa, aroma, dan identitas yang tak tertandingi.
Rokok dalam Bayang-Bayang Kolonialisme
Pada masa Hindia Belanda, industri tembakau berkembang pesat. Perkebunan tembakau dikelola oleh perusahaan-perusahaan kolonial, seperti Deli Maatschappij di Sumatra Timur. Sistem tanam paksa dan eksploitasi buruh menjadi bagian kelam dari sejarah tembakau di Indonesia.
Namun, di sisi lain, muncul pula industri rokok rumahan yang dikelola oleh masyarakat lokal. Pabrik-pabrik kecil bermunculan di Kudus, Surabaya, dan Malang—menjadi cikal bakal perusahaan besar seperti Sampoerna, Djarum, dan Gudang Garam.
- Tag
- Share
-