In Memoriam: Faisal Basri dan Nyanyian Suara Kritis

In Memoriam: Faisal Basri dan Nyanyian Suara Kritis

--

Faisal percaya ketimpangan yang terus meningkat tidak hanya menghambat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga bisa memicu ketegangan sosial yang berpotensi merusak kesatuan sebuah bangsa.

 

Kritik atas semakin kokohnya oligarki ekonomi dan politik belakangan ini sering ia nyatakan.

 

Faisal juga sangat kritis terhadap kebijakan ekonomi yang menurutnya lebih mengutamakan kepentingan asing atau korporasi besar dibandingkan kepentingan nasional.

BACA JUGA:H-5 PON XXI Aceh-Sumut, Dishub Sumut Mobilisasi 1.853 Atlet, Official dan Kontingen

Ia menekankan pentingnya menjaga kemandirian ekonomi nasional. Ia juga memastikan agar sumber daya alam serta aset-aset strategis digunakan untuk kesejahteraan rakyat, bukan hanya untuk keuntungan segelintir orang atau perusahaan besar.

 

Bagi Faisal, kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan nasional sama saja dengan menjual masa depan bangsa demi keuntungan sesaat. Faisal sangat kritis dengan isu hilirisasi nikel yang menurutnya lebih menguntungkan Cina.

 

Sama halnya dengan Faisal Basri, Thomas Piketty, ekonom asal Prancis, juga terkenal karena kritiknya yang tajam terhadap ketimpangan ekonomi di negaranya. Dalam bukunya “Capital in the Twenty-First Century", Piketty mengkritik kebijakan perpajakan Prancis yang cenderung menguntungkan orang kaya.

 

Pada tahun 2019, Piketty secara terbuka mengkritik reformasi pajak Presiden Emmanuel Macron. Kebijakan itu menurutnya memperburuk ketimpangan karena penghapusan pajak kekayaan.

 

Piketty berpendapat bahwa reformasi tersebut memberi keuntungan besar bagi elite kaya, sementara kelas menengah dan bawah harus menanggung beban ekonomi yang lebih berat. Ia mengusulkan pajak progresif yang lebih tinggi bagi orang kaya dan pajak kekayaan global sebagai solusi untuk menekan ketimpangan ekonomi di Prancis dan Eropa.

Sumber:

Berita Terkait