Kyai KPU Bicara Hewan Qurban

Kyai KPU Bicara Hewan Qurban

Ilustrasi/Pixabay--

 

Jakarta, AktualNews-Idul Adha adalah saatnya menyembelih hewan apakah unta, sapi atau kambing. Penyembelihan merupakan wujud dari kepatuhan kepada Allah untuk mencapai derajat takwa.Waktu penyembelihan dilakukan saat itu atau hari-hari tasyrik. Hampir setiap Masjid menyelenggarakan penyembelihan hewan qurban.

Banyak Khatib shalat Iedul Adha mengaitkan dengan sifat-sifat hewan pada manusia. Hal itu tentu sah-sah saja walaupun hakekat qurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tafsir yang dikaitkan dengan penyembelihan sifat hewani dinilai kontekstual.

BACA JUGA:Dadang Sumadireja: Warga RT. 02 Perumahan Wibawa Praja Jeungjing Cisoka Antusias Berqurban

Menarik kasus Khatib Ketua KPU di Masjid Baiturrahman Semarang. Salah seorang jama'ahnya adalah Presiden. Nampaknya pertemuan Jokowi dengan Asy'ari bukan kebetulan tetapi direncanakan. Tentu isi khutbah bukan menyangkut Pilpres atau Pilkada yang sebentar lagi akan diadakan.

Disebut kasus karena di samping 'kongkalikong' berkelanjutan hingga shalat Iedul Adha, juga baik Ketua KPU maupun Presiden sedang disorot rakyat soal kecurangan Pemilu. Presiden cawe-cawe sedangkan Ketua KPU butut gawe. Disana ada juga ada urusan "wewe gombel" atau "kalong wewe".

Isi khutbah Kyai KPU di antaranya menyinggung perlunya menyembelih sifat-sifat hewan yang sering melekat pada manusia. Publik mungkin membaca sifat-sifat hewan yang "rakus, mementingkan diri, sombong, tamak dan ambisi" itu justru menunjuk pada diri Khatib dan jama'ah istimewa itu sendiri. Adapun tudingan "menyebar informasi tak benar" rssanya tidak ada pada sifat hewan.

Presiden bersama Menteri "IKN" PUPR berakrab spiritual dengan Ketua KPU. Unjuk diri melalui ibadah shalat. Dengan Khatib Ketua KPU ini menjadi contoh praktek "politik identitas" yang biasa dikecam Pemerintah. Mencampuradukkan politik dengan agama, katanya.

Kyai KPU bagusnya tidak menjadi Khatib, masih banyak Kyai di Semarang yang lebih pantas untuk menasehati jama'ah yang bernama Jokowi. Maksud hati ingin menunjukan diri faham akan moral dan agama tetapi justru persoalan moral dan agama itu yang sedang mendera dirinya. Inilah yang namanya tuntunan berubah menjadi tontonan. Tontonan dari pembacaan naskah bernarasi bunuh diri.

Khatib membacakan banyak ayat, namun Allah telah menunjukkan ayat kebesaran-Nya. Presiden dan Ketua KPU yang bersekongkol dalam urusan Pilpres kini bersama dalam ritual di Semarang. Satu jadi Khatib lainnya jama'ah. Khatib mungkin sedang bercitra bersih, namun tanpa disadari ia sedang mencemari Khatib lain.

BACA JUGA:Bolonemase Kabupaten Tangerang, Semangat Berqurban Di Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriah

Dalam Al  Qur'an ada manusia yang diumpamakan hewan yaitu mereka yang "ndableg" atau masa bodoh. Mereka itu punya hati tapi tidak punya rasa, punya mata tapi buta dan punya telinga yang tidak mendengar "ulaa-ika kal an'aam, bal hum adhol"mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih rendah. Lalu, "ulaa-ika humul ghoofiluun" merekalah orang-orang yang lalai.

Tempat mereka adalah Jahannam dan akan berhimpun bersama Jin.

"Walaqod dzaro'naa li Jahannama katsiiron minal Jinni wal Insi" (QS Al A'raf 179).***

Sumber: