Menguatkan Pohon Kehidupan
Ilustrasi bermasyarakat/Pixabay --
Yang ingin saya eloborasi singkat kali ini adalah defenisi Iman yang disebutkan di Surah Ibrahim ayat 24: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah memberikan contoh tentang “Kalimah yang baik” (Iman) bagaikan pohon yang baik. Akarnya kuat, rantingnya tinggi ke atas langit, memberikan buah-buahnya dengan izin Tuhannya. Demikianlah Allah memberikan perumpamaan bagi manusia untuk mereka berpikir”.
Pada ayat Al-Quran ini Allah menyampaikan tiga karakter utama keimanan itu; akar kuat, ranting tinggi, dan memberikan buah-buah bagi manusia.
BACA JUGA:Bung Hatta Dengan Konsep Koperasi Melawan Kapitalisme
Pertama, bahwa keimanan itu memiliki akar yang kokoh. Makna akar pada ayat ini adalah keyakinan yang kuat. Bahwa orang yang memilki keimanan di hatinya dia akan memiliki pegangan kuat dalam kehidupannya. Dia takkan goyah oleh apapun dan bagaimana pun keadaan kehidupannya.
Kedua, bahwa keimanan itu memiliki cabang dan ranting yang tinggi ke atas langit. Hal ini memaknai bahwa kehidupan orang yang di hatinya ada iman itu tinggi dan akan nampak ke semua orang. Satu contoh yang terdekat saat ini adalah “kekuatan, kesabaran dan keberanian orang-orang Palestina di Gaza”. Mereka hanya 2.5 juta manusia. Tapi mereka sangat tinggi mempersaksikan makna keimanan dalam kehidupan mereka.
Ketiga, bahwa keimanan itu memberikan “buah-buahnya” bagi manusia. Buah yang dimaksud adalah aktualisasi dari konsep Islam sebagai “rahmatan lil-alamin”. Bahwa Islam itu bukan sekedar agama ritual untuk memuaskan kebutuhan spiritual individu-individu manusia. Tapi harus hadir menawarkan kontribusi bagi kehidupan di satu sisi. Sekaligus menghadirkan solusi bagi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh dunia di sisi lain.
Dunia telah lama merindukan “tsamaraat” (buah-buah keimanan ini. Dunia merindukan kontribusi-kontribusi imaniyah seperti di masa silam. Orang-orang yang memiliki iman (al-Mukminuun) di masa lalu telah menghadirkan peradaban dunia yang dinikmati oleh alam semesta. Masanya kini kita tidak sekedar bangga dengan masa kegemilangan itu. Tapi kita harus kembalikan kegemilangan itu untuk terwujudnya kembali umat terbaik itu… insyaAllah! ***
Sumber: