Pemerintah Kudu Membangun Jalur Kereta Jangan Hanya Bangun Jalan Tol

Pemerintah Kudu Membangun Jalur Kereta Jangan Hanya Bangun Jalan Tol

--

Jakarta, AktualNews -Apeng berangkat dari Stasiun Bekasi naik KRL hanya dikenakan tarif Rp. 10.000 sampai Stasiun Rangkasbitung, Banten. Sedang Hans berangkat dari Stasiun Tanabang ke Stasiun yang sama dikenakan Rp. 8.000. Ini adalah gambaran biaya murah transportasi. 

"Saya tidak sangka ada perjalanan kereta sebelum pukul 10 dari Stasiun Rangkasbitung, sehingga kudu menunggu hampir 4 jam di sini," kata Apeng, lelaki usia 80 yang akan ke arah Baros, Banten.

Ia mengaku sudah puluhan tahun tinggal di Baros sehingga tahu dengan pelaksanaan pasar baru yang sedang dikerjakan pemerintah setempat. Dulu ini dikenal sebagai pasar becek, kata Apeng sambil menujukkan video pasar Baros yang tengah tahap penyelesaian.

BACA JUGA:Tragis !!! “Kipli” Pengamen Jalanan Tewas Tertabrak Kereta Api Kondisi Kaki Terputus

Jalan tol dibangun untuk memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang. Meningkatkan pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan. Meringankan beban dana Pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan. Tapi, Jalan tol terlalu mahal bagi pemakai jasa jalan berbayar tersebut. Belum lagi waktu tempuh dan kemacetan di jajan. Sehingga kereta jauh lebih murah dan efektif. 

BACA JUGA:PT KAI Kereta Api Wilayah Divre Sumut Tertibkan Aset Lahan di Jalan Pandu

Menurut Hans, tarif murah KRL tidak bisa disaingi oleh moda angkutan lainnya, baik angkot maupun bus, bahkan tarif kapal laut pun tidak ada semurah KRL Jabotabek. Sehingga bisa dipastikan ongkos tarif paling murah se indonesia ya KRL Jabotabek.

Dari stasiun Rangkasbitung ke Stasiun Serang tarif Kereta hanya Rp. 3000. Bila ke Stasiun Merak ongkos Rp. 4.000. Coba jika menggunakan bus, pasti jauh lebih mahal. 

"Mungkin pemerintah pusat mesti lebih banyak lagi membangun lintas kereta daripada hanya membangun Jalan tol. Karena dapat mengurangi emisi zat karbon dari polusi udara yang timbul akibat naiknya mobilitas motor, mobil, bus dan truk." Kata Hans menutup pembicaraan.***

Sumber: