Puji Marlinna: Saya Siapkan Lontong Nasi Pecel dan Bala-bala Potong Bagi Ingin Rasakan Cita Rasa KETARAH

Puji Marlinna: Saya Siapkan Lontong Nasi Pecel dan Bala-bala Potong Bagi Ingin Rasakan Cita Rasa KETARAH

--

Jakarta, AktualNews -Puji Marlinna asal Pemalang, Jawa Tengah  bersuami berasal  dari Sumatra Barat. Dia seorang ibu mencari nafkah   untuk  membantu suami  dengan  tiga orang anak 2 laki laki dan 1 perempuan. 

Kegiatannya setiap paģinya   berdagang  kuliner keliling  yang lokasinya di sekitar Palmerah, Jakarta Barat. Kuliner yang disajikan berupa lontong Nasi Pecel dan Bala-Bala dengan harga yang sangat terjangkau. Kenyang tapi murah (KETARAH). 

Menurut informasi ibu yang satu ini, dulu pernah bertempat tinggal  di lahan yang kini berdiri Hotel Pitagiri, Palmerah, Jakarta Barat. Dari uang diperoleh dari menjual rumah itulah ia beli rumah di Pemalang, Jawa Tengah tempat kampung halamannya. 

BACA JUGA:Sarung Bugis Tetap Eksis Meski Pesaing Ekspansi di Seluruh Lini Masyarakat

Puji mengakui bahwa kuliner murah meriah yang ia sajikan cukup untuk memenuhi kebutuhan asupan makan siang warga di sekitar Kecamatan Palmerah. Tentu saja halal dan toyiban yang dibuatnya sendiri tidak usah diragukan lagi.

Bila ada sertifikasi gratis maka dirinya akan  berminat untuk mensertifikasi kulinernya dengan lebel halal,   semuanya ini demi nenjamin keamanan, kenyamanan, kepuasan dan tidak ada keraguan bagi pelanggannya.

"Jika benar kudu ada sertifikasi halal dari produk yang saya buat, tentu saja saya siap ikuti arahan dari tenaga Pendamping Proses Produk Halal (PPPH). Toh gratis kan untuk sertifikat tersebut." Aku Puji dengan mantab.

Ia tidak heran dengan program Kementerian Agama yang ingin  menjangkau lebih dari 65 juta pelaku usaha mikro dan kecil yang ada saat ini asal untuk mendapat sertifikat halal itu gratis atau tanpa biaya sepeser pun.

BACA JUGA:Kapolres Aceh Tenggara Raih Dua Penghargaan Bergengsi dari Kapolda Aceh

Dirinya mengaku bahwa jika ada sertifikasi halal, apakah akan ada juga sertifikat non halal? Ini kan juga perlu dipertanyakan. Karena bila tidak ada sertifikasi halal, apakah kuliner yang ditawarkan kepada masyarakat menjadi diragukan kehalalannya?

Selama ini soal halal itu hanya berkutat pada produk barang dan jasa yang dikonsumsi dan dipakai. Pernahkah terbersit, bahwa halal itu juga bukan soal produk yang dihasilkan, tapi adakah uang yang dipakai untuk membeli itu uang halal atau tidak halal?***

Sumber: