Kalimantan Barat, AktualNews -Sikap sombong dan kesombongan adalah sifat yang tidak diinginkan dalam banyak budaya dan agama. Sombong dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu percaya diri dan meremehkan orang lain.
Adapun dampak sombong merusak hubungan komunikasi. Sikap sombong dapat merusak hubungan dengan orang lain karena membuatnya merasa tidak dihargai. Menghambat kemajuan, karena sombong dapat menghambat kemajuan karena membuatnya tidak mau belajar dari orang lain.
BACA JUGA:Beberapa titik di Jakarta Masih Tersendat, Lalu Lintas Belum Pulih Usai Aksi Massa
Bagaimana mengatasi sikap sombong? Tentu saja perlu mengembangkan kesadaran diri tentang kelebihan dan kekurangan orang lain dapat membantu mengatasi sombong. Cobalah berusaha untuk rendah hati dan menghargai orang lain niscaya akan dapat membantu mengurangi sombong.
Dalam banyak agama, termasuk Islam, sombong dianggap sebagai sifat yang tidak disukai oleh Allah. Oleh karena itu, banyak orang berusaha untuk mengembangkan sifat rendah hati dan menghargai orang lain.
"Sebagai anggota Dewan, Ahmad Sahroni dinilai sombong oleh Masyatakat luas. Padahal sikap itu bukanlah sifat yang diinginkan. Seharusnya sebagai anggota Dewan Sahroni dari Partai Nasdem harus memiliki sifat yang baik, seperti rendah hati dan mampu mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain." Ungkap Sekjen Koalisi Pembela Konstitusi dan Kebenaran (KP-K&K) Sabtu Agustus sore di Sanggau, Kalimantan Barat.
Menurut Suta lebih lanjut, seharusnya Sahroni bersikap bijaksana yaitu mampu membuat keputusan yang adil dan tepat. Ia pun harus mampu bertanggung jawab atas ucapannya yang menghina pendapat masyarakat luas bahwa anggota ingin dibubarkan saja karena selama ini tidak aspiratif dan tidak akomodatif tindakannya termasuk keputusan yang diambil dalam sidang membuat undang-undang.
"Sifat sombong pasti dibayar tunai oleh Rakyat. Apa yang ditunjukkan oleh Bahlil, Sri Mulyani, Luhut Binsar Panjaitan dan banyak lagi para pembesar di era rezim Prabowo pun akan menjadi sasaran kemarahan rakyat. Ini semua ujungnya dapat menghambat kemampuan mereka untuk mendapatkan simpati rakyat luas," lanjut Suta.
Mereka yang dalam pandangan Suta sebagai para Pelayan Masyarakat cenderung enggan mendengarkan pendapat yang berbeda dan anti kritik. Jadi, apa yang disombongkan karena secuil amanah yang diberikan oleh rakyat?
BACA JUGA:Langit Jakarta Menangis, Affan Kurniawan dan Duka yang Menyayat
" Rakyat harus dilayani bukan ditindas, dilindas hingga tewas seperti yang terjadi pada Affan. Kami kuatir kehadiran era Mei 98 akan meledak bila para pembesar tidak juga arif. Di tengah kesusahan mereka seakan berpesta tanpa perasaan tanpa empati," tutup Suta.***