Distopia media sosial yang ditimbulkan oleh flexing dan FOMO bukanlah takdir yang harus diterima begitu saja. Kita memiliki kekuatan untuk melawannya dan mengambil kendali atas kehidupan digital kita.
Membebaskan diri dari jeratan perbandingan tak berujung dan kecemasan yang tak perlu membutuhkan kesadaran diri dan komitmen untuk mengubah kebiasaan. Berikut beberapa langkah praktis yang dapat kita lakukan untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat dengan media sosial dan meraih kesejahteraan yang lebih baik:
1. Batasi Penggunaan Media Sosial
Sadarilah waktu yang kamu habiskan di media sosial. Berikan batasan dan luangkan waktu untuk aktivitas lain yang lebih bermanfaat, seperti membaca buku, bermain olahraga, atau menghabiskan waktu bersama keluarga. Buatlah jadwal penggunaan media sosial yang terukur dan patuhilah, agar waktumu tidak terbuang sia-sia.
2. Tingkatkan Kesadaran Diri
Sadari bahwa apa yang ditampilkan di media sosial seringkali tidak realistis. Jangan membandingkan kehidupanmu dengan kehidupan orang lain yang hanya menampilkan sisi terbaiknya. Ingat, media sosial hanya menampilkan cuplikan kecil dari kehidupan seseorang, seringkali disaring dan diedit untuk menciptakan kesan tertentu.
3. Bangun Hubungan Nyata
Perkuat hubungan dengan orang-orang di sekitarmu. Berinteraksi secara langsung dan nikmati momen-momen berharga bersama mereka. Hubungan nyata jauh lebih bermakna daripada likes dan followers. Luangkan waktu berkualitas dengan keluarga dan teman, bangun koneksi yang otentik dan mendalam di dunia nyata. Ingat, bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan di layar ponsel.
4. Bersyukur
Fokus pada hal-hal positif dalam hidupmu dan bersyukur atas apa yang sudah kamu miliki. Menghargai hal-hal kecil dapat meningkatkan kebahagiaan dan mengurangi rasa cemas. Latihlah kesadaran akan hal-hal baik yang ada dalam hidup, sekecil apapun itu. Syukur akan membantu kita merasa lebih puas dan mengurangi keinginan untuk terus membandingkan diri dengan orang lain.
5. Prioritaskan Kesejahteraan Diri
Utamakan kesehatan mental dan fisikmu. Jangan biarkan media sosial mengendalikan hidup dan kebahagiaanmu. Carilah bantuan profesional jika kamu merasa tertekan atau cemas. Kesehatan mental adalah prioritas utama. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika kamu merasa kewalahan atau membutuhkan dukungan.
Distopia media sosial, yang dipicu oleh fenomena flexing dan FOMO, menciptakan realitas digital yang penuh dengan perbandingan sosial yang tidak sehat, kecemasan yang berlebihan, dan perilaku konsumtif yang tidak rasional.
Flexing, dengan pamer kekayaan dan pencapaian yang berlebihan, memicu rasa iri dan ketidakpuasan, sementara FOMO, atau rasa takut ketinggalan, menciptakan ketergantungan pada media sosial dan tekanan untuk terus mengikuti tren.
BACA JUGA:Tugas yang Tak Pernah Sampai Meja Dosen
Kedua fenomena ini saling memperkuat, menciptakan lingkaran setan yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan individu, khususnya remaja.