Waspadai Distopia Flexing dan FOMO di Media Sosial

Sabtu 14-06-2025,10:46 WIB
Reporter : Revani Meiliana
Editor : Admin

Dampak Negatif Distopia FOMO

FOMO, memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan kita. Lebih dari sekadar rasa takut ketinggalan, FOMO dapat mengganggu produktivitas, konsentrasi, dan bahkan menciptakan siklus negatif yang sulit diputus. Dampak-dampak tersebut tidak hanya memengaruhi kehidupan digital kita, tetapi juga kehidupan nyata secara keseluruhan. Berikut beberapa konsekuensi negatif yang ditimbulkan oleh FOMO:

BACA JUGA:Saat Bicara Tak Lagi Menyelesaikan Apa-Apa

1. Menurunnya Produktivitas

FOMO dapat menurunkan produktivitas karena kita terlalu fokus pada media sosial dan aktivitas online lainnya. Alih-alih menyelesaikan tugas-tugas penting, waktu kita habis untuk mengecek update terbaru, mencari informasi tentang tren terkini, atau membandingkan diri dengan orang lain. Hal ini dapat berdampak pada kinerja akademik, pekerjaan, dan berbagai aspek lainnya yang membutuhkan konsentrasi.

2. Mengganggu Konsentrasi

Rasa cemas karena takut ketinggalan dapat mengganggu konsentrasi dan fokus kita pada hal-hal penting. Pikiran kita dipenuhi oleh kekhawatiran akan momen-momen yang mungkin terlewatkan, menghalangi kemampuan kita untuk berkonsentrasi pada tugas yang sedang dikerjakan. Akibatnya, kita menjadi kurang efisien, mudah terdistraksi, dan rentan terhadap kesalahan.

3. Menciptakan Siklus Negatif

FOMO dapat menciptakan siklus negatif di mana kita terus-menerus mengejar hal-hal baru tanpa pernah merasa puas. Setelah mengikuti satu tren, kita langsung mencari tren berikutnya, dan seterusnya. Siklus ini menciptakan rasa hampa dan ketidakpuasan yang terus-menerus, karena kita selalu merasa ada sesuatu yang lebih baik yang terlewatkan. Kita terperangkap dalam perlombaan tiada akhir, tanpa pernah mencapai rasa puas.

Dampak Gabungan Flexing dan FOMO

Gabungan flexing dan FOMO menciptakan lingkaran setan yang berbahaya. Flexing menciptakan standar yang tidak realistis, sementara FOMO mendorong kita untuk mengejar standar tersebut, meski berdampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan kita. 

Hal ini dapat menyebabkan perbandingan sosial yang tak berujung, perilaku konsumtif yang berlebihan, dan mengabaikan kehidupan nyata. Bayangkan, kamu merasa harus membeli barang-barang mewah karena melihat postingan temanmu, dan merasa cemas jika tidak mengikuti tren terbaru. Ini adalah contoh nyata bagaimana kedua hal ini saling memperkuat dan menciptakan distopia.

Contoh Distopia dalam Realitas

Lihatlah fenomena "challenges" di TikTok. Banyak remaja mengikuti tantangan yang berisiko hanya untuk mendapatkan likes dan views, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh FOMO dan keinginan untuk mendapatkan validasi. 

Lalu, perhatikan juga bagaimana banyak orang membeli barang-barang branded hanya untuk pamer di media sosial, tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan finansial mereka. Ini adalah contoh nyata bagaimana distopia media sosial terjadi di kehidupan kita. Tren ini menunjukkan betapa mudahnya kita terjebak dalam lingkaran flexing dan FOMO.

Mengatasi Distopia Media Sosial

Tags :
Kategori :

Terkait