Jakarta, AktualNews -Kalau ada manusia yang bukan nabi atau Rasul bila diukur Keikhlasannya, tentu Mother Theresia dah India sebagai pemenangnya. Ia lah yang bisa disebut ikhlas berjuang untuk orang banyak. Bukan para pencari kekuasaan di mana pun.
Sebab, para pencari kekuasaan bisa berdalil dengan berbagai dalih, seperti: pertama, mempunyai BIG DATA bahwa tingkat kepuasan masyarakat luas pada dirinya masih sangat tinggi.
Kedua, merekaya ingin tiga periode padahal ada undang-undang yang mengatur cuma dia periode.
Ketiga, meniup usulan perpanjangan dengan berbagai cara dan upaya. Keempat, me melakukan upaya penjegalan terhadap calon yang tidak diinginkan keberadaannya dengan seiring pemanggilan ke KPK. Kelima, pelaporan calon yang tidak diinginkan ke Bawaslu dan Polisi.
Rekayasa apalagi yang mereka akan lakukan? Bila masuknya eks pesaing ke Kabinet dianggap agar terjadi rekonsiliasi dan bangsa tidak terbelah, justru apa yang dilakukan oleh lima tahapan di atas adalah upaya untuk pemecah-belah bangsa ini.
Mereka terlihat tidak bijak dalam menerima proses Pemilu dan Pilpres ini. Main lapor main adu saja, tanpa pikir masak-masak apakah langkah yang dilakukan itu tepat atau tidak. Mereka tidak siap berdemokrasi.
BACA JUGA:Nava Hotel Tawangmangu Menyajikan Hidangan Spesial Nikmati Chicken Peri Peri
Terlihat ada Wakil Ketua Umum DPP Partai tertentu yang bertaruh bahwa akan ada capres menjadi tersangka dan masuk bui setelah kalah Pemilu 2024. Hal ini dikatakan saat membela harta atau properti milik capres yang dikritik.
Adapun, harta kekayaan sang capres memang menggoda menjadi sorotan pasca debat
tulis mantan oposisi yang tidak tahan bertahan di posisi oposisi dan sering kritik rezim dalam akun media sosial X, platform yang sebelumnya dikenal Twitter, Selasa (9/1).
Uniknya, oleh yang gelagapan terusik di podium debat, data 340.000 Ha disanggah dan menuding orang lain dengan ucapan tidak pantas ( _gob***_) karena yang benar adalah 500.000 Ha.
Selagi masih ada orang yang berpikir bahwa kekuasaan adalah kekayaan dan materi semata, niscaya orang tersehut diragukan kelayakannya untuk memimpin bangsa yang besar. Apa yang dipikir kadang keluar dan dalam ucapan dan tulisan. Dan ucapan itu terekam dalam digital yang bisa dibuka siapa saja dan dimana saja.***