Selamat Garuda Muda, Semoga Masuk Final dan Mengikat

Selamat Garuda Muda, Semoga Masuk Final dan Mengikat

Image/bola.com--

Jakarta, AktualNews-Judul diatas mungkin terasa aneh dan menggelitik, karena saat ini benar bahwa Tim Garuda Muda Indonesia (alias Pesepakbola U-23 atau dibawah 23 tahun) barusaja secara gemilang mengalahkan Tim Taeguk Warriors tsb dgn skor Adu pinalti Akhir 11-10 setelah sebelumnya bermain imbang 2-2 meski sudah melalui perpanjangan waktu 2x15 menit. Jadi kata "Final" terasa semakin dekat, meski dalam Semifinal berikutnya harus mengalahkan Pemenang antara Uzbekistan dan Arab Saudi yg akan berlangsung hari ini, Jumat (26/04/24).

Sedangkan kata "mengikat" memang tidak ada hubungannya secara langsung dgn hasil sementara sepakbola Piala Asia U-23 ini, karena kata2 "Final dan Mengikat" sebenarnya diadopsi dari sifat putusan MK / Mahkamah Konstitusi yg barusaja berlangsung utk Pemilu 2024 yg barusaja diputuskan kemarin. Namun kata "mengikat" ini justru bisa diartikan secara kias sebagai kalimat "Sepakbola secara de facto  telah mengikat Persatuan Indonesia" setelah terjadi "pembelahan" akibat perbedaan pandangan antara pendukung 02 vs pendukung 01 dan 03.

BACA JUGA:PSSI dan Amartha Diskusikan Dukungan Bagi Sepak Bola Indonesia di Masa Depan

Fakta bahwa Sepakbola berhasil "mengikat" dan mempersatukan Indonesia ini jelas tidak bisa dipungkiri, sebab menurut sejarahnya memang semenjak 94 tahun silam, tepatnya 19/04/30, PSSI dibentuk pertamakali dgn nama awal "Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia". Ketua umum pertamanya adalah Soeratin Sosrosoegondo (yg kemudian namanya diabadikan sebagai Nama Piala Sepakbola U-18). Dalam perjalanan keorganisasiannya, PSSI bergabung dgn badan sepak bola dunia FIFA pada th 1952, kemudian dgn badan sepak bola Asia, AFC pada tahun 1954.

Jadi organisasi yg sudah dibentuk 15 tahun sebelum Indonesia merdeka ini memang telah beberapa kali bisa "mengikat" persatuan masyarakat Indonesia, karena dimana ada pertandingan bola disitulah juga masyarakat hadir dan menikmati olahraga. Sebenarnya sejarah olahraga sepak bola sendiri dimulai sejak abad ke-2 dan ke-3 sebelum Masehi di China. Pada masa Dinasti Han, masyarakat China diketahui sudah mengenal permainan menggiring bola kulit dengan menendangnya ke gawang berbentuk jaring kecil. Permainan bola itu disebut dengan Tsu chu.

Sebelum ada PSSI diatas, permainan ini diketahui dibawa oleh Belanda pada zaman penjajahan. Organisasi sepak bola yg pertama kali berdiri di Indonesia adalah Nederland Indische Voetbal Bond (NIVB). Pada masa itu, sepak bola di pulau Jawa hanya dimainkan oleh orang2 Belanda & masyarakat terpelajar yg memiliki akses. Artinya, sepak bola modern belum menjadi olahraga yg merakyat. Seiring berkembangnya sepak bola di dunia, olahraga itu juga kian berkembang di Indonesia. Tercatat pada 1915, mulai bermunculan klub2 sepak bola yg digawangi oleh warga Tionghoa di Indonesia. Lalu pada tahun 1920, klub seperti UMS Jakarta & Surabaya berhasil menjadi klub terhebat dlm persepakbolaan Hindia Belanda.

Sedangkan jika sekarang Olimpiade menjadi salahsatu target dari Skuat Garuda Muda ini, hal tsb bukannya tidak mungkin, sebab Tim Garuda sempat berhasil menahan Imbang Timnas Uni Soviet di kancah dunia th 1958. Saat itu Indonesia sempat memberikan kejutan di babak perempat final sepak bola Olimpiade Melbourne 1956. Saat itu Rusli Ramang atau Andi Ramang, Maulwi Saelan, Endang Witarsa, Thio Him Tjiang, dan Ramlan. cs merepotkan Uni Soviet yg diperkuat banyak pemain kelas dunia.

BACA JUGA:Kepala Desa Cemplang Gelar Acara Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 Hijriah di Lapangan Sepak Bola Kawoyang

Sejarahnya perjuangan para atlet Merah Putih di ajang Olimpiade justru telah dimulai sejak 1952. Tepatnya dalam Olimpiade yang berlangsung di Helsinki, Finlandia. Ketika itu, Indonesia hanya mengirim tiga atlet dari tiga cabang olahraga. Rincinya, angkat besi, atletik, dan renang. Dalam Olimpiade Paris 2024 mendatang Skuat Garuda Muda U-23 tinggal meraih satu kemenangan lagi. Jika mampu memenangkan laga semifinal nanti, Skuat Merah Putih akan lolos ke final sekaligus merebut tiket untuk tampil di Paris 2024. Namun jika kalah di babak semifinal, Timnas Indonesia U-23 juga masih berpeluang tampil di Olimpiade lewat jalurperebutan tempat ketiga.

Dengan demikian sejarah PSSi utk bisa tampil di kancah dunia memang panjang, belum lagi dulu seringkali mengalami masalah internal didalamnya. Kondisi terparah adalah saat terjadi perpecahan didalamnya sehingga sempat ada "PSSI tandingan" bernama Komite Penyelamatan Sepak Bola Indonesia atau KPSI di tahun 2011 dibawah La Nyalla Mattaliti. Saat itu KPSI pro kepada Indonesia Super League (ISL), dan PSSI mendukung Indonesia Premier League (IPL). Alhamdulilah berhasil saya persatukan dgn damai dan pada 2013, Prof Djohar Arifin Hussein (sekarang Anggota DPR-RI) memimpin PSSI dan La Nyalla (sekarang Ketua DPD-RI) menjadi Wakil Ketua Umum dijaman Kabinet Indonesia Bersatu II saat itu.

Saat menjabat di Kabinet pada awal 2013 lalu banyak sekali orang yg meragukan Konflik internal di PSSI tsb dapat diselesaikan dgn baik, karena perpecahan sebenarnya sudah terjadi bertahun-tahun dan melibatkan banyak Tokoh Politik besar disebaliknya. Apalagi harus diakui saya memang sebelumnya bukan Tokoh Olahraga yg memegang Amanah sebagai RI-45 tsb. Tetapi sekalilagi tidak ada yg tidak mungkin, dgn pendekatan persuasif yg ada ke semua pihak, konflik dapat terselesaikan dan PSSI kembali bersatu sampai sekarang.

Tapi ironisnya justru saat di Kabinet berikutnya di th 2015, PSSI malah sempat dijatuhi sanksi berupa pembekuan (banned) oleh FIFA pada 30/05/15. Keputusan tsb akibat intervensi pemerintah (bahasa kerennya sekarang "cawe-cawe") sebagaimana dimaksud dlm pasal 13 & 17 Statuta FIFA.  Sanksi tersebut merupakan buntut konflik antara PSSI dengan pemerintah melalui Kemenpora dibawah Menteri IN saat itu. Jadi ini adalah mimpi terburuk yg pernah dialami PSSI di rezim ini karena Indonesia dilarang mengikuti Kejuaraan Sepakbola mancanegara yg membuatnya kompetisi di dalam negeripun menjadi seperti kehilangan nafas karena tanpa target dan tujuan kedepan.

Oleh karena itu sekarang Asa sudah terbuka dan jalan kedepan teebentang kembali, "Road to Final" didepan mata dan sifat sepakbola sebagai olahraga yg bisa "mengikat" persatuan masyarakat jangan disia-siakan kembali sebagaimana tahun 2011 dan 2015 silam. Sebagaimana pertandingan dini hari tadi, jangan patah semangat, karena bagaikan keputusan MK, Goal pertama yg sempat dibuat Korea Selatan-pun dapat dianulir dgn pantauan VAR (Video Assistant Referee) yg enunjukkan pemain Korsel Eom Ji-sung terjebak offside dan skor kembali 0-0.

Saya sempat merenung, andaikata ada teknologi semacam VAR (atau setidaknya CCTV / Close Circuit Television) yg bisa merekam berbagai issue dibalik Putusan MK ttg PHPU kemarin, misalnya adanya kabar soal "telepon misterius dari invisible hand ke hakim2 MK" atau keterlibatan Ketua MK yg disebut2 terkait BLBI yg membuatnya "tersandera" dsb, mungkin saja Keputusan yg "Final and Bundling" dari MK bisa dianulir bak Wasit semalam, karena sebenarnya Tekniologi seharusnya bisa membantu utk mengungkap kecurangan atau kejahatan, bukan sebaliknya yg malah digunakan utk hal2 tsb seperti SIREKAP.

Sumber: