Tim PKM UPI Ciptakan Teknologi untuk Produsen Sate Tradisional
Bandung, Aktual News - Sebagai lembaga Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ingin memiliki peran nyata kepada masyarakat terutama kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Nah, sebagai wujud kepedulian sekaligus partisipasi terhadap pemberdayaan UMKM di Bandung, empat mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin UPI yaitu Muhamad Ilham Akbarr, Dyla Aliffah, Ryandri Rachman, dan Ghani Azis yang didampingi oleh satu orang dosen yang bernama Apri Wiyono, S.Pd., M.T. memberikan bantuan alat teknologi tepat guna kepada produsen sate tradisional milik pak Rachmat yang beralamat di Batununggal, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung. Pendampingan yang dilakukan empat mahasiswa Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini merupakan hasil hibah PKM dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. “Teknologi pemanggang sate ini merupakan alat pemanggang sate otomatis yang dalam prinsip kerjanya yaitu sate akan berputar secara otomatis, menggunakan pemanas dengan sumber tenaga listrik yang dilengkapi dengan sensor suhu. Selain itu, pemanggang sate ini dilengkapi untuk proses pembumbuan secara otomatis. Dengan memanfaatkan tenaga listrik, teknologi ini tidak menggunakan arang sehingga sate yang dihasilkan lebih sehat.” kata Ketua Tim PKM UPI, Muhamad Ilham Akbar. Sabtu (18/09/2021). Tak sekadar pemberian teknologi pemanggang sate otomatis, tim PKM UPI memberikan pendampingan untuk meningkatkan mutu produk pada mitra. “Kegiatan untuk mencapai luaran tersebut dilakukan dalam beberapa tahap. Yakni, tahap Analisis Masalah, Pembuatan produk, Sosialiasi dan implementasi alat kepada mitra, Evaluasi implementasi alat pada mitra, penyusunan laporan kemajuan, penyusunan artikel ilmiah, penyusunan laporan akhir. Dengan kualitas produk yang meningkat dan penekanan ongkos produksi diharapkan omzet penjualan sate meningkat. Sehingga, kondisi ekonomi produsen sate tersebut akan ikut meningkat,” tambah Ilham. Ryandri menambahkan, alat inovasi rancangan timnya mampu memanggang sate dengan cepat karena hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk memanggang. Alat ini disesuaikan dengan kapasitas produksi sate milik Pak Rachmat, yaitu maksimal 14 tusuk dalam sekali pemanggangan. “Selain itu, tim pelaksana PKM juga merancang desain kemasan produksi untuk meningkatkan minat pembeli,” terang Ryandri. Setelah memberikan peralatan dan pedampingian, usaha sate Pak Rachmat mengalami peningkatan dan respon baik. Peningkatan penghasilan dan respon baik ini terlihat dari testimoni produsen dan juga jumlah konsumen. “Produsen merasakan setelah menggunakan alat pemanggang otomatis ini proses pemanggangan sate menjadi lebih mudah karena bekerja secara otomatis selain itu dapat mengerjakan hal yang lain seperti menyiapkan bumbu dan juga dapat menambah keuntungan, karena menggunakan listrik lebih murah daripada menggunakan arang,” papar Dyla Aliffah. Dyla menerangkan, sate ini merupakan salah satu kuliner yang cukup terkenal dan digandrungi masyarakat, hal tesebut terbukti dengan adanya beberapa cabang dari UMKM ini. “Sebelum kami dampingi, produsen sate tradisional ini memiliki tiga masalah utama. Yakni, belum ada teknologi atau proses produksi manual sehingga membutuhkan waktu yang tidak sedikit, dari segi kematangan nya pun sering kali tidak merata, serta penggunaan arang pada saat pembakaran sate yang dapat mengakibatkan cemaran kimia seperti Polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) yang terbentuk akibat pembakaran yang tidak sempurna dari zat-zat anorganik (arang, minyak, dan gas) serta zat organic dalam daging yang dipanggang sangat berdampat negatif untuk tubuh,” terang Dyla, Tim PKM-IP UPI ini.[Red/Akt-23/ Aktual News
Sumber: