Bakti Sosial Ikatan Alumni Penyintas Covid 19 Jawa Timur di Taman Suroboyo

Bakti Sosial Ikatan Alumni Penyintas Covid 19 Jawa Timur di Taman Suroboyo

Surabaya, Aktual News-Minggu (25/10) Ikatan Alumni Penyintas Covid-19 Jawa Timur menyelenggarakan kegiatan bakti sosial bagi bagi masker dan edukasi bertempat di Taman Suroboyo Meski baru dibentuk, organisasi yang diketuai Edy Sukotjo itu telah beranggota 1.279 orang. Mayoritas anggotanya warga Surabaya. Kegiatan rutin yang selalu diadakan oleh komunitas ini cukup banyak mendapat perhatian masyarakat yang sedang berwisata di Taman Suroboyo Para pejalan kaki,pengendara sepeda motor dan pedagang kaki lima tidak luput dari perhatian komunitas ini untuk dibagikan masker. Akhir Juni merupakan kondisi terkelam yang dialami Edy Sukotjo. Pria kelahiran Surabaya, 22 Januari 1969, itu dinyatakan positif Covid-19 dan harus dirawat di Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI). Edy tidak pernah menyangka virus korona menyerang tubuh. Bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menuntut dirinya selalu menerapkan prosedur tetap (protap) kesehatan. Namun, kenyataannya tidak demikian. Korona tetap berhasil masuk ke tubuhnya. ”Pernah demam, tapi sudah lama sembuh dan setelah itu saya tidak perah merasa sakit. Justru tubuh lagi sehat-sehatnya,tetapi pas ikut tes cepat di kantor, malah hasilnya reaktif. Pengecekan dilanjutkan dengan tes swab. Hasilnya pun sama. Saya dinyatakan positif korona,” kata Edy di kediamannya, Jalan Pulo Tegalsari, Wonokromo, Minggu Pagi via telpon (25/10) Kekecewaan dia rasakan. Sementara waktu Edy harus berpisah dengan istri dan kedua anaknya. Namun, keterpurukannya berhasil dengan cepat dihilangkan. Mendapatkan pelayanan baik di RSLI membuatnya kembali bersemangat untuk melanjutkan hidup. Dalam waktu singkat, Edy dinyatakan sembuh serta bisa kembali ke rumah. ”Cuma tiga hari dirawat, 29 Juni sudah diperbolehkan untuk pulang,” ucap dia. Sembuh dari Covid-19 merupakan keberhasilan yang luar biasa. Momen itu dia jadikan sebagai lembaran baru kehidupannya. Edy bertekad membantu pemerintah dalam melawan virus mematikan tersebut. Selama menginap di RSLI, komunikasi terhadap para pasien terjalin sangat baik. Mereka ibarat keluarga sendiri. Karena itu, setelah sembuh, pihak rumah sakit memasukkan nomor teleponnya ke grup WhatsApp sebagai alumni penyintas Covid-19. Berbagai informasi disampaikan anggota grup. Salah satu yang kerap dibahas adalah masih banyaknya mantan pasien Covid-19 yang mendapatkan perlakuan buruk dari masyarakat. Terutama dari lingkungan tempat tinggal masing-masing. Mereka diasingkan, dijauhkan, bahkan ditolak untuk kembali tinggal di rumahnya. Padahal, sejatinya mereka 100 persen telah sembuh dari Covid-19 dan tidak lagi membahayakan. ”Tapi pada kenyataannya, masih banyak warga yang menolak keberadaan mereka. Perlakuan itu membuat mereka merasa sangat terpuruk,” ujarnya. Selain itu, sikap diskriminatif kerap dialami mereka di lingkungan kerja. Merasa diasingkan membuat mereka frustrasi dan memilih untuk tidak lagi bekerja. Menjadi pengangguran membuat kondisi perekonomian mereka merosot tajam. Edy menilai kondisi yang terjadi tak lagi bisa didiamkan. Stigma masyarakat terhadap penderita Covid-19 harus dihilangkan. Sebab, korona bukan penyakit kutukan. Jika tidak menerapkan prosedur tetap (protap) kesehatan, semua orang dapat mengidap penyakit tersebut. Perlakuan diskriminatif menjadi pembahasan serius bagi seluruh anggota. Sebagai wadah koordinasi, Ikatan Alumni Penyintas Covid-19 Jawa Timur dibentuk. Anggotanya seluruh mantan pasien Covid-19 di RSLI. Tercatat 1.279 orang telah tergabung. Sebanyak 950 orang di antaranya berasal dari Surabaya. Sisanya berasal dari kota-kota di Jatim. Mereka mempunyai tugas penting menanggulangi Covid-19. Salah satunya melindungi mantan pasien Covid-19 dari sikap diskriminatif masyarakat. Kemudian, mengubah stigma masyarakat terhadap virus korona, berbagai cara dilakukan. Misalnya, memberikan sosialisasi ke permukiman penduduk, pendampingan mantan pasien, dan mengadakan mediasi terhadap keluarga atau pihak perusahaan yang menolak mantan pasien Covid-19, luasnya wilayah Jatim membuatnya harus membagi-bagi. [ Red/Akt-21 ]   Redho Fitriyadi Aktual News

Sumber: