Lindu Masih Guncang Ambon, Akademi Unpati Minta Perhatian Khusus Pem-Pus

Lindu Masih Guncang Ambon, Akademi Unpati Minta Perhatian Khusus Pem-Pus

Maluku, Aktual News-Masyarakat Kota Ambon dan wilayah-wilayah sekitar yang meliputi Kepulauan Lease (Pulau-Pulau Haruku, Saparua dan Nusalaut) serta Pulau Seram terutama Seram Bagian Barat rupa-rupanya masih dituntut bersabar dan belum bisa menjalani hidup kesehariannya dengan nyaman dan normal sebab guncangan gempa bumi masih saja terjadi. Pagi kemarin, hari Sabtu (28/12) tepat pada pkl 10:56WIT Kota Ambon kembali dilanda gempa berkekuatan 3’2SR dengan pusat gempa terletak pada 13km timur laut Kota Ambon atau 32km selatan Kairatu-SBB pada kedalaman 10km. Sebelum itu, pada hari Kamis (26/12) warga “Kota Manise” ini malah dikejutkan dengan 4 (empat) kali guncangan gempa susul-menyusul, bermula masih tengah malam pkl 01:30WIT berkekuatan 3’6SR susul pkl 01:36WIT berkekuatan 3’1SR susul lagi pkl 01:37WIT berkekuatan sama 3’1SR kemudian pada pagi harinya pkl 07:24WIT dengan kekuatan 2’8SR. Guncangan gempa pertama pusatnya berlokasi 18km timur-laut ambon atau 26km selatan Kairatu-SBB pada kedalaman 10km, kedua lokasinya 21km timur-laut Ambon atau 24km selatan kairatu-SBB pada kedalaman 10km kemudian yang ketiga 22km timur-laut Ambon atau 23km selatan Kairatu-SBB pada kedalaman 10km dan terakhir 20km timur-laut Ambon atau 25km selatan Kairatu-SBB pada kedalaman 10km. Mengomentari guncangan gempa yang masih sering terjadi hampir setiap hari, akademisi Unpatti Ambon yang sedang menunggu saat ujian akhir program S3 pada salah satu perguruan tinggi di ibukota, Siti Divinubun, menghimbau pemerintah pusat menaruh perhatian khusus ke sana teristimewa terhadap kondisi tanah. Dia memandang perlu dibentuk sebuah Tim Lintas Sektoral untuk meneliti kondisi tanah, setidak-tidaknya pada kawasan pemukiman di Kota Ambon dan sekitarnya terutama Kepulauan Lease (meliputi : Pulau Haruku, Pulau Saparua dan Pulau Nusalaut) serta Pulau Seram terutama wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB). Tim ini ditugaskan melakukan survey yang sistematik dan menyeluruh  untuk memastikan kira-kira bagaimana kondisi tanah di setiap kawasan akibat efek gempa. Alasannya, kata Divinubun, guncangan gempa yang terjadi dalam waktu cukup lama sudah lebih 3 (tiga) bulan bermula pada hari Kamis (26/9) pkl 06:46WIT dengan kekuatan 6’8 SR dan pkl 07: 39WIT berkekuatan 5’6SR kemudian 5’2SR pada hari Kamis (10/10) dengan skala kerusakan fisik cukup besar disertai korban jiwa sangat mungkin telah mempengaruhi kondisi fisik tanah di mana-mana menjadi rapuh atau labil sehingga berpotensi menimbulkan bencana lain yang lebih luas dan kompleks bagi masyarakat di kemudian hari. Lagi pula di Kota Ambon pengembangan Kawasan Pemukiman sudah menjangkau jauh sampai ke ketinggian lereng-lereng gunung/bukit, sebagiannya pada kemiringan yang cukup terjal antara lain di Batu Gajah, Batu Meja dan Batumerah. Gagasan pembentukan Tim untuk mengidentifikasi kondisi tanah menurut Staf Pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unpati Ambon ini, dinilainya sebagai langkah yang mesti diambil, sebab data kegempaan dari Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika (BMKG) mengungkapkan, sejak permulaannya pada hari Kamis (26/10) lalu, hingga masuk bulan Desember 2019 lebih 2.600 kali guncangan. Artinya, bila dihitung secara matematis dalam tempo 3 (tiga) bulan ini saja dari akhir September 2019 s/d akhir Desember 2019 rata-rata tiap bulan terjadi lebih 800 kali guncangan gempa atau detilnya lebih 20 kali berturut-turut pada tiap hari. Apalagi yang terjadi selama ini khususnya di Kota Ambon dan sekitarnya rata-rata pusat gempa tergolong dangkal yaitu 60km di bawah permukaan laut bahkan banyak yang pusat gempanya 10-20km. Dicontohkannya beberapa lubang baru yang muncul pasca-gempa hari Kamis (26/9) di Wayari Desa Suli Kecamatan Salahutu dan di pesisir pantai Kampung-Baru Desa Liang pasca-gempa hari Kamis (10/10), yang menurut dia menunjukan ada pergerakan tanah pada lapisan permukaan. Pergerakan atau pergeseran tanah pada lapisan di bawah permukaannya ini merupakan hal yang sangat mungkin terjadi bukan saja di pesisir Kampung-Baru Negeri Liang atau hanya di Wayari Negeri Suli melainkan terjadi juga di tempat-tempat lain, yang bilamana lokasinya persis terletak di bawah kawasan pemukiman penduduk besar kemungkinan kelak menimbulkan resiko bagi warga terutama di pusat Kota Ambon. Dia lantas menyebutkan juga pergerakan atau pergeseran tanah pada beberapa daerah lain yang sebagiannya terjadi belum berapa lama, antara lain di Kecamatan Wanareja Cilacap Jawa Tengah, Kecamatan Cikajang Garut Jawa Barat kemudian Kecamatan Tutur Pasuruan dan Kecamatan Sawoo di Ponorogo. Oleh karena itu, dia berharap Pemerintah Pusat mau bergegas membentuk Tim untuk itu, meliputi kementerian atau badan/lembaga terkait antara lain Agraria & Tata Ruang bersama ESDM ditambah LIPI serta BMKG dan tidak kecuali kalangan perguruan tinggi setidak-tidaknya Institut Tekhnologi Bandung (ITP) dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Apa yang dihasilkan oleh Tim ini menurut Divinubun, minimal berguna sebagai rujukan bagi Pemerintah Daerah setempat untuk merumuskan kebijakan pengembangan pemukiman jangka panjang terutama dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di kemudian hari entah bagi pembangunan gedung-gedung milik instansi Pemerintah mau pun rumah-rumah warga, atau bisa juga menjadi bahan rekomendasi dalam rangka relokasi suatu kawasan pemukiman bilamana perlu. [ Red/Akt-13 ]
  Foto : SITI DIVINUBUN

Sumber: