Banjir di Sumatera, Sawit vs Hutan Belantara
Ilustrasi/Pixabay--
Jakarta, AktualNews- Sawit memang salah satu komoditas yang sangat penting bagi ekonomi Indonesia, terutama di sektor pertanian dan industri. Sawit juga menjadi sumber penghidupan bagi banyak masyarakat, terutama di daerah pedesaan.
Namun, di sisi lain, hutan belantara memiliki peran yang sangat vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Hutan belantara juga berfungsi sebagai penyerap karbon, pengatur siklus air, dan habitat bagi banyak spesies yang terancam punah.
Jadi, apakah sawit lebih penting dari hutan belantara? Jawabannya tidak sederhana. Sebenarnya, keduanya memiliki nilai yang sangat penting dan saling terkait. Yang lebih penting adalah bagaimana kita mengelola sumber daya alam ini secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
BACA JUGA:Banjir di Kawasan Industri II Pengendara Sepeda Motor Terpaksa Dorong Motor
Dengan pengelolaan yang tepat, sawit dapat menjadi komoditas yang ramah lingkungan dan memberikan manfaat bagi masyarakat, tanpa harus mengorbankan hutan belantara. Bagaimana pendapatmu?
Apakah Sawit Lebih Penting Dari Hutan Belantara?
Desa Sungai Utik di Putussibau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, masih terjaga keasriannya hingga saat ini. Hutan adat seluas 9.480 hektar di Sungai Utik merupakan salah satu contoh keberhasilan masyarakat adat dalam menjaga lingkungan. Masyarakat Dayak Iban di Sungai Utik telah berhasil melindungi hutan mereka dari penebangan liar, produksi minyak sawit, penambangan emas, dan kepentingan perusahaan lainnya.
"Sungai Utik bahkan telah menerima beberapa penghargaan internasional, seperti Kalpataru untuk kategori penyelamatan lingkungan pada tahun 2019, Equator Prize dari UNDP pada tahun 2019, dan Gulbenkian Prize for Humanity pada 2023. Ini menunjukkan bahwa upaya masyarakat Sungai Utik dalam menjaga hutan adat mereka telah diakui secara global." Ungkap Sekjen Koalisi Pembela Konstitusi dan Kebenaran (KP-K&K) Suta Widhya, S.H. pada Sabtu (15/12) pagi di Sukabumi, Jawa Barat.
"Keberhasilan ini tidak lepas dari peran aktif masyarakat Dayak Iban dalam menjaga hutan dan sungai mereka. Mereka memiliki sistem tata ruang adat yang ketat dan melakukan patroli rutin untuk mencegah penebangan liar dan perambahan hutan. Selain itu, masyarakat Sungai Utik juga mengembangkan ekowisata yang ramah lingkungan, sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. "Lanjut Suta.
BACA JUGA:Gubernur Banten Susuri Kali Angke, Cari Solusi Atasi Banjir
Di Desa Sungai Utik, Putussibau kami melihat hutan asri pada tahun 2008. Apakah masih terjaga saat ini? Saat kami, Suta Widhya dkk ke sana dalam rangka penghargaan Menhut MS. Kaban memberi penghargaan kepada masyarakat adat Suku Dayak Iban menyaksikan banyak pohon yang dua orang tangan manusia pun tidak mampu memeluk pohon tersebut.
"Dapat dibayangkan, andai pengalaman kami 17 tahun silam itu ternyata dibabat perampok hutan dengan selembar lensensi pemerintah pusat? Bisa jadi kejadian yang menimpa rakyat Aceh, Sumut dan Sumbar akan alami hal yang sama, yaitu banjir besar, " tutup Suta.***
- Share
-