Kisah Cinta Boru Natumandi Boru Hutabarat Cerita Rakyat di Tapanuli Utara

Kisah Cinta Boru Natumandi Boru Hutabarat Cerita Rakyat di Tapanuli Utara

Foto : jimmi Carter H Simangunsong Tokoh pemuda dari Aceh Tenggara Kutacane.--

Tarutung, AktualNews - Bangunan sejarah yang sudah berkembang ratusan tahun silam, yaitu tentang si Boru Natumandi, di Sumatera Utara, Taput, di Huta Hutabarat, Menurut cerita yang berkembang Siboru Tumandi merupakan Putri dari Raja Hutabarat yang berparas cantik merbak seperti bidadari, tubuh dan perawakannya nyaris tidak sedikitpun bercacat, sejarah mencatat keseharian boru Natumandi sebagai penenun ulos kisah ini sekitar abad ke 17 sayangnya Putri itu menjadi siluman. 

Beberapa cerita rakyat yang beredar, Sang Ayah Boru Natumandi yaitu Raja Hutabarat mengadakan sayembara dikarenakan begitu banyak para putra raja yang ingin meminang putri Nya. Maka Raja Hutabarat membuat bangunan rumah untuk sang putri di tempat yang sangat tinggi. Tangganya terdiri dari pisau yang panjang dan tajam. Banyak putra-putra Raja dari berbagai pelosok Negeri yang berhasrat untuk mempersunting putri itu.

Suatu hari yang ditunggu-tunggu sang Raja Tiba, seorang pelamar sakti datang bersama Rombongan, rombongan itu membawa bakul emas murni, mereka berjalan tidak menginjak tanah, pisau tajam yang jadi jalan masuk tidak berarti Karena kesaktianNya, Sang Raja Hutabarat Kagum dan Bangga akan kesakitan Calon menantunya yang juga tampan dan rupawan. 

Sukacita sang Raja Hutabarat, mengumumkan kepada Raja-raja lainnya bahwa akan digelar pesta meriah, dengan gendang dan tarian selama tujuh hari tujuh malam lamanya. Para pengawal dari pihak sang menantu pun berjaga-jaga dengan ketat. 

BACA JUGA:Mengapa Kita Tidak Takut Dosa, Padahal Kita Tahu Akibatnya?

Selesai acara meriah tersebut, Menantu dan rombongan berpamitan untuk pulang ke negeri mereka,  rombongan pun harus dilepas Sang Raja dan istri pun sangat sedih karena harus berpisah dengan putri satu-satunya, Waktu pun berlalu dengan cepat.

Pada tahun kedua perkawinannya, putri yang cantik itu bersama suaminya dan dua orang anaknya muncul di negeri Hutabarat, mereka datang Minta doa berkah dari kedua orangtuanya. 

Ibunda boru Tumandi minta sesekali ikut bertandang ke negeri menantunya, namun berbagai alasan sang menantu itu memberikan penolakan.

BACA JUGA:Rosis Aditya Ajak Masyarakat Lebih Tangguh dengan Sikap Bersyukur di Tengah Kesulitan

Pada Tahun ke empat, Boru Tumandi datang lagi yang anak nya sudah berjumlah tiga orang, mereka datang berlima, mereka bersukacita dan mengadakan pesta yang meriah, tiba saatnya Siboru Tumandi dan keluarga kecilnya pulang ke negeri mereka, berat rasanya sang Raja mengizinkan kepulangan mereka, namun karena sang menantu juga seorang Raja, maka kepulangan mereka tidak bisa dicegah. Ibu Boru Tumandi juga tidak tinggal diam,  ia kembali memohon ikut dimana putri nya tinggal Namun banyak alasan yang dibuat-buat agar sang ibu tidak ikut ke negeri mereka. 

Kehadiran ke tiga boru natumandi ke Hutabarat adalah kunjungan terakhir mereka, Ibunda si putri bersikeras untuk ikut ke negeri menantunya " Menantu ku kali ini aku harus ikut ke negeri mu, sudah sekian lama aku menginginkan untuk bertandang ke negeri mu," ujar ibunda boru natumandi, namun sang menantu tetap memberikan alasan-alasan agar sang mertua tidak ikut, namun ibunda boru natumandi bersikeras untuk ikut, hingga akhirnya sang menantu tak kuasa menolak nya dan mematuhi keinginan sang mertua, si Boru Natumandi menangis seperti tahu apa yang akan terjadi kedepan. 

BACA JUGA:Rosis Aditya Ajak Masyarakat Lebih Tangguh dengan Sikap Bersyukur di Tengah Kesulitan

Sang menantu berpesan kepada sang mertua (ibunda boru natumandi) agar membawa dedak padi sebakul penuh, dedak-dedak itu akan menuntut ibu untuk kembali pulang ke negeri Hutabarat. 

Dan ibunda Boru Natumandi mengikuti pesan menantunya, pagi-pagi buta mereka berangkat dengan berjalan kaki, kemudian masuk melewati hutan yang gelap, perjalanan yang ekstrim dan mencekam, Hampir lewat tengah hari sampailah mereka di tepi sungai yang sangat deras, si ibu melihat sekitarnya sejenak sembari melihat siapa tau ada jembatan penghubung, dan bertanya kepada Boru Natumandi"masih jauhkah rumahmu anakku? Sang putri diam seakan-akan menjawab dengan tangisan air mata. 

Sumber: