Tradisi Tenun dan Konservasi di Kapuas Hulu

Tradisi Tenun dan Konservasi di Kapuas Hulu

Generasi Muda belajar menenun- (Rosis Aditya)--

Dengan menciptakan kegiatan ini, Mala dan komunitasnya juga telah menghasilkan pendapatan alternatif dan memberdayakan perempuan muda Iban untuk menjadikan menenun atau mengatur tur sebagai pekerjaan penuh waktu mereka. Bagi laki-laki Iban, hal ini tidak hanya memberikan mata pencaharian alternatif tetapi juga meningkatkan taraf hidup mereka karena mereka memiliki alternatif selain bekerja di perkebunan.

BACA JUGA:Mereka Tidak Pancasilais dan Tak Paham Pembukaan UUD 1945

Untuk memastikan manfaatnya bagi masyarakat, setiap pendapatan akan dibagi di antara anggota masyarakat untuk memastikan bahwa semua orang mendapat manfaat dari tenun tersebut. Saat ini, tenun yang diproduksi Mala dan komunitasnya berharga Rp 3.000.000 dan bisa mencapai 10.000.000 (300 hingga 700 USD).

“Kami berharap upaya dan hasil tenun kami dapat bermanfaat untuk komunitas, baik kami sendiri maupun komunitas lainnya di Indonesia atau di negara lain. Semoga produk budaya yang dihasilkan, terutama batik dan tenun, serta masyarakat yang membuatnya dapat dianggap perlu untuk dijaga keberlanjutannya,” kata Margaretha Mala.

Kisah bagaimana Mala dan masyarakatnya dapat memanfaatkan budaya dan memasukkannya ke dalam upaya konservasi merupakan pembelajaran bagi komunitas lain, terutama komunitas yang dipimpin oleh perempuan yang aktif #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku. Mengingat laju dan dampak deforestasi di seluruh kawasan, penting bagi semua orang untuk terlibat dalam upaya konservasi yang juga mendukung masyarakat yang paling terkena dampaknya. Terutama ketika mereka memberikan kesempatan untuk mempelajari dan mengadopsi suatu warisan budaya.        

Sumber: