Memeluk Luka

Memeluk Luka

--

Garut, AktualNews-Adalah aku; perempuan yang memuja kedua bola matamu yang indah, sejak belasan tahun lalu. Adalah aku; yang melangitkan doa dengan hebat, berharap semesta memberiku kesempatan untuk melihatmu lebih dekat, mendengar detak jantungmu yang tak berjarak, dan memelukmu erat. Entah, kapan. Tapi kuyakin; akan ada saatnya kelak. 

 

Dan benar. Takdir mempertemukan aku kembali denganmu sebagai hadiah terindah dari Tuhan setelah deras air mata dan luka membasuhku dengan kejam. Kau datang sebagai obat, dengan kecupan terindah yang dulu kudamba dengan sangat. Tahukah kamu, bahwa serutmu jauh lebih kusuka dibanding apapun yang ada di dunia? 

BACA JUGA:Tree : Cinta Segitiga yang Tak Biasa

Kudengar kita sama. Baru saja terajam perih oleh penghianatan atas nama cinta. Aku yang mencintaimu ini terluka melihat binar di matamu yang hingga. Aku ingin menyentuh wajah teduh itu dan berontak pada takdir, kenapa harus ada sakit yang kulihat pada kamu yang selalu kudamba bahagianya 

Lalu suatu ketika, jemarimu menyambutku dengan lembut. Aku tersenyum lepas dan betapa bahagianya aku ketika itu. Meski dalam ruang hati, ada sekelumit resah mengusik. Mungkinkah aku bisa menjadi pemilik hatimu atau ini hanya sekedar sesaat? Yang pasti, aku menikmatinya. Meski setelahnya, aku dihantui rasa takut berkepanjangan. 

Kamu mengajakku berlari bersama, bergandengan menuju garis finish. Katamu, kalau sudah sampai nanti, kamu akan bersamaku. Dan aku setuju. 

Di perjalanan, aku menemukanmu beberapa kali berhenti. Kau menoleh ke sana kemari. Kau biarkan aku lari sendiri. Tapi... Aku yang ingin kita sampai pada tujuan yang sama, mengingat kamu sekali lagi dan lagi. Sialnya kamu tidak peduli. 

Aku terjatuh. Kakiku sakit. Berdarah-darah. Aku kepanasan dan kehausan. Tapi air minum dan obat kuat sudah kuberikan padamu di tengah jalan. Hingga aku lumpuh. Tapi tak apa, ini buatmu. Agar kamu sampai pada tujuanmu tanpa terluka dan terjatuh. Aku menunggu garis akhir, apa kau benar-benar menepati janjimu atau waktu itu hanya sekedar menenangkanku. 

BACA JUGA:Jeda Ruang Tunggu

Tibalah kita pada akhir. Kita sampai dan semua orang bertepuk tangan. Aku merasa hebat, karena berhasil membuatmu sampai puncak meski taruhannya adalah aku yang nyaris sekarat. Aku menunggu saat kita akan bersama. Tapi ternyata aku salah besar. Katamu “Aku ingin berlari lagi. Dan terus berlatih. “ 

Kau bahkan lupa, bawa ada aku yang menunggumu jauh sebelum semua dimulai. Tapi nyatanya janji itu hanya sekedar bualan. 

 

Terimakasih April dan Lukanya. 

Sumber:

Berita Terkait