Mewujudkan Akses Air Bersih yang Berkelanjutan Melalui Pemberdayaan Masyarakat di Sumba Timur
Jakarta, AktualNews – Air merupakan sumber daya utama yang menjadi kebutuhan dasar bagi keberlangsungan hidup masyarakat dalam segala aspek, dari kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi. Menurut World Health Organization (WHO), manusia membutuhkan 50 sampai 100 liter air per hari untuk memenuhi kebutuhan dasar, dari konsumsi sampai sanitasi. Namun, hal tersebut tidak dapat dipenuhi oleh warga yang berada di daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) lantaran keterbatasan infrastruktur dan tantangan geografis. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menyebutkan bahwa ada 4.982 desa dengan status sangat tertinggal di Indonesia, di mana mereka masih kesulitan untuk mengakses air bersih. Akses air bersih merupakan salah satu masalah dasar di beberapa belahan dunia, termasuk Indonesia. Studi-studi yang dilakukan oleh badan internasional seperti UNICEF melaporkan bahwa kualitas air bersih yang rendah dapat menjadi sumber berkembangnya berbagai penyakit, seperti diare, kolera dan gangguan pencernaan lainnya. Sementara, studi lain yang dilakukan oleh Bank Dunia terkait dengan evaluasi dampak dari program bantuan air bersih di beberapa negara berkembang secara umum melaporkan pengaruh positif akses air bersih pada aktivitas ekonomi masyarakat, diantaranya jalur produktivitas dan pendapatan, jalur sanitasi dan kesehatan, serta jalur pendidikan. Tingginya akses air bersih juga berkaitan dengan peningkatan indikator pendidikan pada wilayah pedesaan yang mendapat akses tersebut. Riset yang dilakukan beberapa organisasi juga menunjukkan bahwa sulitnya akses air pada suatu daerah berdampak pada rendahnya kehadiran siswa sampai 60 persen. Beberapa alasan yang timbul antara lain adalah siswa yang harus membantu keluarga mencari air dan bahkan tidak hadir ke sekolah karena terbatasnya air untuk sanitasi bagi remaja perempuan. Meski demikian, upaya telah dilakukan oleh pemerintah, organisasi, perusahaan, dan pihak lainnya untuk memperbaiki kondisi tersebut. Langkah-langkah proaktif yang diambil diantaranya termasuk pembangunan infrastruktur, pelatihan, pemberdayaan masyarakat, penanaman air, serta pengelolaan lingkungan. Program-program seperti pembangunan akses air bersih dan pelatihan di daerah 3T tersebut mengusung nilai-nilai SDGs serta melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pemeliharaan sehingga dinilai lebih berkelanjutan. Dalam implementasi program perkembangan yang menyasar daerah maupun target penerima manfaat, pentingnya asas program yang berkelanjutan yang didukung pengikutsertaan masyarakat guna memastikan upaya dapat berjalan secara mandiri dan memperluas dampak positif. Sementara itu, Indonesia telah mengadopsi SDGs sebagai bagian dari rencana pembangunan nasional. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencapai target-target tersebut yang mana dari setiap tujuannya masing-masing memiliki target indikator yang diukur secara nasional. Misalnya, dalam hal akses air bersih dan sanitasi, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan persentase populasi yang memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi yang aman. SDGs pun memiliki standar pengukuran yang sangat penting untuk mengevaluasi dan melihat perkembangan dalam pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Pengukuran dapat mencakup berbagai indikator seperti jarak dari rumah ke sumber air bersih, kualitas kebersihan air, dan ketersediaan fasilitas penunjang seperti sanitasi. Dengan berpacu pada pengukuran tersebut, pemangku kepentingan dapat melihat sejauh mana perkembangan yang telah tercapai dan mengidentifikasi daerah mana yang masih memerlukan perbaikan. Salah satu organisasi non-profit di Indonesia, Kawan Baik berbagi kiat merencanakan suatu proyek pembangunan di daerah 3T. Organisasi yang didirikan pada 2020 mengusung beberapa elemen penting dalam merencanakan dan mengimplementasikan proyeknya. Pertama, mereka memastikan bahwa proyek tersebut bisa diterima, dipahami, dan dilanjutkan oleh komunitas sebagai penerima manfaat serta memperhatikan juga keterjangkauan masyarakat terhadap proyek tersebut. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Penting juga bagi Kawan Baik untuk menetapkan indikator yang terukur, sehingga dapat memantau sejauh mana akses proyek diterima, digunakan, dan mempermudah akses masyarakat. Novi Tri "Gogon" Mujahidin, Program Manager Kawan Baik Indonesia menyampaikan bahwa organisasi ini selalu melibatkan komunitas secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek sebelumnya melalui capacity building. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, mereka memberikan pelatihan dan dukungan kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Misalnya, pelatihan kesehatan dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dilakukan agar komunitas dapat mengimplementasikan praktik-praktik tersebut secara berkelanjutan. Adapun tantangan yang dirasakan untuk mempertahankan keberlanjutan proyek-proyek tersebut salah satunya ialah ketidakakuratan perencanaan dan situasi di lapangan yang tidak sesuai dengan rencana awal. Target yang tidak tercapai sesuai dengan timeline dapat menjadi salah satu tantangan. Dalam menghadapinya, Kawan Baik mengedepankan fleksibilitas dan keterbukaan terhadap alternatif rencana yang menghormati budaya dan tradisi lokal. Mereka juga terus berkomunikasi dengan masyarakat setempat untuk mendapatkan feedback dan memastikan proyek berjalan dengan baik. Salah satu proyek yang sedang digarap Kawan Baik adalah Mbinudita Water Connections, yang berlokasi di Desa Mbinudita, sebuah daerah 3T di pegunungan Sumba Timur. Berawal dari inisiatif Kawan Baik untuk membangun "Kelas Darurat” untuk pendidikan sekolah di desa tersebut, organisasi ini melihat ada permasalahan lain yang perlu dibenahi, yaitu akses air. Masyarakat di Desa Mbinudita menghadapi beberapa permasalahan adanya keterbatasan akses air, di mana warga hanya dapat mengonsumsi kurang dari 10 liter air per hari. Desa dengan jumlah warga 1.021 orang, membutuhkan akses air bersih untuk kebutuhan primer, berkebun, mengairi sawah, dan peternakan. Melalui Mbinudita Water Connections, Kawan Baik dan vivo melihat adanya solusi dari masalah di atas yang selaras dengan tujuan SDGs terutama dalam hal memberantas masalah kemiskinan (eradicate poverty) yang merupakan tujuan utama dari SDGs, mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan yang baik (promoting healthy life and well-being) tujuan ketiga, menyediakan air bersih dan sanitasi (providing clean water and sanitation) tujuan ke-enam, dan mencapai tujuan tersebut dengan kemitraan yang kita miliki sekarang (achieving goals with partnerships) yang merupakan tujuan ke-tujuh belas dari SDGs. Alexa Tiara, PR Manager vivo Indonesia mengatakan, “vivo melihat Kawan Baik sebagai mitra yang kredibel yang berfokus pada pengembangan masyarakat yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia terutama di daerah 3T di Indonesia dengan mengedepankan prinsip-prinsip SDGs serta partisipasi masyarakat yang aktif.” Melalui Mbinudita Water Connections, vivo menggandeng Kawan Baik untuk menyediakan akses air bersih di Desa Mbinudita, Sumba Timur, serta memastikan bahwa seluruh elemen yang terlibat selaras dengan tujuan SDGs. Proyek ini juga melibatkan masyarakat setempat melalui adanya pelatihan, pembangunan fasilitas air, serta pembentukan sebuah komite dengan mengedepankan bahwa kerjasama merupakan sebuah kunci untuk program yang berkelanjutan. Hal tersebut sejalan dengan salah satu visi vivo untuk terus berkomitmen menerapkan strategi pembangunan berkelanjutan. Salah satu penerima manfaat dari proyek ini adalah Yusmira D. Anawulang, seorang guru dan juga warga Desa Mbinudita yang turut prihatin akan kondisi tempat ia mengajar dan tinggal. Adanya keterbatasan akses air bersih yang menyebabkan terhambatnya kegiatan sehari-hari dalam kehidupan, termasuk proses belajar mengajar. Yusmira D. Anawulang, seorang Guru dan warga Desa Mbinudita mengatakan, “Keberadaan akses air bersih yang memadai di Desa Mbinudita memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari penduduk. Kini, warga tidak perlu mengirit air untuk minum dan mandi. Kami dapat meningkatkan kebersihan diri, rumah, dan lingkungan dengan lebih baik, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih sehat." Tak hanya itu, masyarakat dan Mira merasa bersyukur karena Desa Mbinudita juga diikutsertakan dan dibekali pengetahuan serta keterampilan baru dalam mengelola fasilitas air bersih secara berkelanjutan, seperti mempelajari cara menjaga kualitas air, penggunaan air yang efisien, dan sanitasi yang baik. Pengetahuan dan keterampilan ini memberikan mereka kepercayaan diri dan tanggung jawab untuk mengelola sumber daya air dengan baik. Masyarakat merasa memiliki peran aktif dalam menjaga keberlanjutan proyek ini dan merencanakan masa depan yang lebih baik. Masyarakat Desa Mbinudita juga berharap agar mereka terus mempertahankan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari dalam mengelola akses air bersih secara berkelanjutan. Mereka ingin menjaga keberlanjutan proyek ini dan melanjutkan praktik-praktik yang telah mereka pelajari untuk meningkatkan kualitas hidup mereka sendiri dan masyarakat Desa Mbinudita secara keseluruhan. Mira juga menyampaikan bahwa sebelum adanya proyek air bersih, banyak siswa mengalami masalah kesehatan seperti pingsan akibat kekurangan minum dan tidak mendapatkan sarapan yang memadai. Proyek ini telah membawa perubahan yang signifikan dalam hal kesehatan dan kesejahteraan siswa, serta memastikan bahwa mereka dapat mengakses air bersih dengan lebih baik untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Melihat kondisi tersebut, pendekatan kolaboratif dalam program pengembangan dan pemulihan memiliki dampak positif yang signifikan. Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, masyarakat, dan lainnya, program pengembangan dan pemulihan dapat menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kerja sama ini memungkinkan adanya sinergi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan memelihara proyek akses air bersih. Dengan demikian, dampak positif yang dirasakan dapat berkelanjutan dan memberikan manfaat dalam jangka panjang bagi masyarakat. Sebagai penutup, Gogon mengatakan, “Kami berharap dengan adanya inisiatif proyek ini dapat memberikan dampak jangka panjang bagi warga di Desa Mbinudita. Kawan Baik juga ingin mengajak pemerintah, perusahaan, dan pemangku kepentingan lainnya untuk bersama-sama mulai menerapkan SDGs dan memperluas jangkauan inisiatif mereka." Baca Juga: Platform Pembelajaran Digital Jelajah Ilmu Dorong Peningkatan Prestasi Anak Didik di Ratusan Madrasah di Provinsi Aceh Ia juga berharap bahwa dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip SDGs, Kawan Baik dapat menciptakan upaya yang lebih holistik dan berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Melalui kolaborasi ini, diharapkan terwujudnya perubahan positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan juga lingkungan, sehingga masyarakat di seluruh Indonesia dapat merasakan manfaat yang berkelanjutan. Tak hanya itu, dari pendekatan kolaboratif ini juga memungkinkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat setempat. Masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan proyek akses air bersih. Hal ini memberikan mereka rasa tanggung jawab untuk memelihara proyek tersebut, yang pada akhirnya meningkatkan kemandirian serta inisiatif masyarakat dalam menjaga dan mempertahankan akses air bersih. Lebih lanjut, melalui kerja sama ini, para pemangku kepentingan termasuk pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dapat mengembangkan rasa memiliki bersama terhadap isu akses air bersih. Mereka akan lebih merasa memiliki peran penting dalam mengatasi masalah ini dan akan berkontribusi secara aktif dalam menjaga keberlanjutan proyek dan berupaya menciptakan solusi berkelanjutan untuk masalah akses air bersih di daerah 3T lainnya. Dengan keterlibatan semua pihak, isu akan pentingnya akses air bersih dapat disikapi secara kolektif sehingga rasa memiliki bersama semakin kuat. [Red/Akt-23] AktualNews
Sumber: