Wah Gawat, Jabatan Ketua DPRD Maluku, Lucky Wattimury Terancam Dicopot
Foto : Tugu Pahlawan Nasional “Martha Christina Tiahahu” di halaman Kantor DPRD Provinsi Maluku, Karang Panjang – Ambon. Kota Ambon, AktualNews - Hari-hari ini salah satu isu yang menyeruak santer ikut mendandani khasanah interaksi publik di Kota Ambon adalah kabar akan dilakukannya pencopotan jabatan Ketua DPRD Provinsi Maluku dari Drs. Lucky Wattimury, M.Si, dari Fraksi PDIP. Memasuki kelompok-kelompok orang yang sedang kongkow di rumah-rumah Kopi apalagi Rumah Kopi yang suka bejubel dikunjungi tamu seperti “Rumah Kopi Lela” di Jln A.M. Sangaji dan “Rumah Kopi Yoas” Jln Kapitan Ulupaha di depan Kompleks Pangkalan Taxi, kabar pencopotan Wattimury dari kursi empuknya itu paling sering dijadikan salah satu tema utama. Kabar pencopotan Wattimury yang juga Staf Pengajar pada Fakultas Theologia Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) Ambon ini diselingi pula berita iringannya, konon untuk mengisi posisi itu internal PDIP malah sudah mempersiapkan 2 (dua) orang “kader kawakan” yang sama-sama sedang menjabat Anggota DPRD Provinsi Maluku dari Fraksi PDIP. Kecuali jabatan Ketua DPRD, tak luput juga jabatannya sebagai Bendahara DPD PDIP Maluku pada mantan Ketua DPRD Kota Ambon ini dikabarkan juga terancam akan ikut dicopot. Ada 2 (dua) nama Kader PDIP yang santer juga disebut-sebut sudah dipersiapkan untuk menduduki jabatan Ketua DPRD Provinsi Maluku bila kelak Wattimury dicopot, yaitu Samson Atapary, yang sekarang menjabat Sekretaris Fraksi bersama Benhur Watubun, Ketua Fraksi. Atapary sebelumnya adalah seorang praktisi hukum yang dikenal cukup gencar membela “hak-hak komunal di daerah ini terutama hak-hak adat atas tanah”, peraih kursi ke-4 dari Dapil Maluku-5 Kabupaten Seram Bagian Barat yang mendapat alokasi 5 kursi dengan perolehan suara sendiri 5.258 sebelum terakhir Turaya Samal dari Fraksi PKS dengan perolehan 5.204 suara, sedangkan Watubun asalnya dari Dapil Maluku-6 meliputi Kabupaten Maluku Tenggara, Kota Tual dan Kabupaten Kepulauan Aru. Ketua DPD PDIP Maluku, Murad Ismal, yang juga Gubernur Maluku belum dapat dihubungi media ini untuk dimintai konfirmasinya, begitu juga dengan ke-2 nama yang disebut-sebut baik Atapary mau pun Watubun, bahkan sampai dengan Wattimury sendiri. Hanya dari salah satu tokoh yang selama ini dikenal independen (bukan anggota/simpatisan Parpol tertentu) yang meminta namanya tidak usah ikut ditayang dalam berita ini mengaku kabar tentang akan dicopotnya Wattimury dari jabatannya sebagai Wakil Ketua DPRD Maluku itu memang benar, malah hari-hari belakangan ini bukan mereda tetapi menjadi lebih santer lagi. Ditanyakan lebih lanjut kira-kira apa penyebab konkrit yang sesungguhnya menurut pengetahuan dia, Sumber mengatakan : “Kalau ada alasan lain beta (saya, red) tidak tahu persis, tapi kelihatannya berita pencopotan ini berhubungan dengan persoalan utang-pihutang antara Pak Lucky dengan Husein Minangkabau. Menurut cerita yang sering beredar, peristiwa itu berawal saat Pak Lucky pinjam sejumlah Uang pada Ucen (Husein, red) jelang pemilu lalu dengan menjanjikan pekerjaan proyek, hanya sesudah antuwa (beliau, red) dilantik bahkan sampai beberapa lama terpilih untuk menduduki jabatan sebagai Ketua DPRD proyek yang dijanjikan itu tidak diberikan sedangkan uangnya pun tidak dikembalikan walau pun sudah ditagih berulangkali”. Lebih dari itu Sumber mengaku tidak tahu persis tentang detilnya, entah kapan dan bagaimana model pinjam-meminjam uang itu, begitu juga kira-kira berapa besar nilai uangnya. Namun patut disayangkan, demikian Sumber menambahkan, kalau ternyata penyebabnya hanya gara-gara persoalan seperti ini, sebab kalau pun itu benar mestinya bisa diselesaikan baik-baik saja secara kekeluargaan sehingga tidak perlu memicu heboh apalagi sampai menimbulkan akibat yang demikian luas. Lagi pula diberitakan, dahulu antara keduanya ada kedekatan emosional atau hubungan baik antara satu dengan yang lain sebagai senior-yunior. Bahkan konon kabar, tambah Sumber lagi, kedekatan emosional itulah yang menjadi pertimbangan hingga terjalin hubungan hukum pinjam-meminjam uang antara keduanya. Walau pun pihaknya mengetahui penanganan kasus ini oleh Direktorat Reskrim Umum Polda Maluku cukup intens bahkan dikabarkan sekarang sudah naik ke tahap penyidikan berarti sudah ditemukan bukti permulaan cukup, namun dia berharap pendekatan restoratif masih bisa digunakan sebagai pintu masuk mempertemukan kedua-belah pihak untuk menyelesaikan kemelut ini biar tidak menjadi biang perseteruan tak berujung antara ke-2 orang yang tadi-tadinya berhubungan baik sampai memutus tali silaturahim satu sama lain. Ditanyakan lagi ‘andaikata’ pada akhirnya internal PDIP tetap bersikeras mencopot Wattimury dari jabatannya dan dirinya diminta memilih kira-kira siapa dari antara ke-2 nama yang sekarang sedang terwacana apakah Atapary dan Watubun yang dinilai layak untuk menduduki jabatan Ketua DPRD Maluku menggantikan Wattimury kalau kemudian dia benar dicopot, sejenak dia diam, kemudian spontan menyebut “Atapary”. Mengenai apa kira-kira alasannya sehingga dia cendrung menentukan pilihannya pada Atapary, lebih dahulu dia mendalilkan Kota Ambon ukurannya kecil dengan lingkungan pergaulannya yang tidak terlalu luas apabila dibandingkan kota-kota lain, sedangkan mereka yang bisa disebut golongan elite termasuk elite-elite politik tidak berapa banyak sehingga mudah dikenali, lagi pula kecanggihan tekhnologi sekarang dalam sekejap saja mampu mendistribusikan berbagai informasi yang bisa dikonsumsi khalayak secara terbuka. Anggota-anggota lembaga legislatif, menurut Sumber, baik di pusat atau pun di daerah-daerah, itu semua tergolong sebagai elite politik menurut tataran atau level masing-masing, tentu paling sering menjadi perhatian umum, lebih-lebih lagi dalam lingkungan pergaulan yang tidak berapa luas seperti Kota Ambon, tentu satu sama lain paling saling berpapasan di tempat-tempat umum. Biar pun sehari-harinya antara seseorang dengan seseorang lainnya tidak ada kedekatan emosional atau tidak akrab dalam lalu-lintas komunikasi dan interaksi sosial sehari-hari, tapi di dalam lingkungan pergaulan yang tidak seberapa luas ini sepak-terjang seseorang bisa dengan mudah diidentifikasi oleh seseorang lain, setidak-tidaknya dengan memperhatikan bagaimana performance dan tingkah laku personalnya sampai tutur-kata. Singkatnya, menurut dia lagi, Atapary teridentifikasi sebagai seorang Politisi Muda tetapi berawasan luas, selalu menunjukkan kepedulian ketika menatap lingkungan sosialnya, berjiwa nasionalis tidak mau menyekat manusia menurut basis-basis SARA yaitu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan, familir bisa masuk dalam semua lingkungan pergaulan dan orangnya selalu low profile atau “tidak suka tampil elitis” sebagaimana yang sering diperontonkan oleh segelintir politisi lainnya. Meski pun begitu, kata Sumber mengakhiri pembicaraan, dia masih menyatakan harapannya semoga kemelut Minangkabau versus Wattimury pada akhirnya bisa terjembatani sampai selesai tanpa merugikan siapa-siapa diantara kedua-belah pihak biarlah hubungan baik satu sama lain yang konon sudah sekian lama terbina kembali mencair dan bisa tetap terpelihara.(Red/Akt-23) AktualNews
Sumber: