Jeda Ruang Tunggu

Jeda Ruang Tunggu

Bogor, AktualNews-Aku mencium wewangian surgawi saat kau melintas di hadapan. Jutaan kata berhamburan begitu saja, hilang di kerongkongan. Berseteru keras dengan napas yang memburu, kewarasanku sedang dipertaruhkan dalam mempertahankan sebuah nama harga diri.

Jika saja tidak ada norma dan peradaban sebagai wanita, saat itu aku ingin merangkulmu; menikmati tubuh yang selalu kuanggap sempurna, yang membuatku menyimpan dengki berkepanjangan pada wanita yang kelak akan bersanding denganmu selamanya. Dan aku; siapa yang mengenaliku lebih jauh? Tempatku hanya sebuah ruang kumuh, tak terjamah, tak terlihat, dan rapuh. Bahkan, kau. Yang kukenal dekat lebih dari siapa pun. Nyatanya, tak pernah tahu sedikit saja tentangku.

BACA JUGA:Sebuah Esai Kehidupan

Pasti. Sebab; topengku terlalu tebal untuk menyembunyikan lukaku demi bahagiamu. Bukankah begitu? Tapi tak apa. Setiap rasa tak pernah salah menemukan tempat berlabuhnya. Hanya saja, ada batasan dalam segala sesuatunya. Seperti aku, yang tak berhak memaksamu untuk memiliki rasa yang sama sepertiku. Aku menyebut diriku sendiri dengan sebutan bodoh; bersemayam dalam delusi. Menciptakan romansa dalam halusinasi.

Sementara kamu; sibuk dengan duniamu sendiri, tanpa menyadari ada seseorang yang tengah bertarung dengan air mata dan luka, dalam diamnya mencintai tanpa dicintai. Dan pada akhirnya; alasan apa yang bisa membuatku tetap bertahan. Manusia mana yang akan tetap bertahan di rumah yang jelas telah dirobohkan? Tapi sekali lagi; aku begitu kuat. Dan kamu hanya cukup diam dan tenang; tetaplah di sisiku.

BACA JUGA:Bionarasi

Seperti biasa; telingaku selalu siap menjadi pendengar terbaik untuk keluhmu. Pun bibirku yang tak letih memberi salam, tegur sapa, dan senyuman, agar kau tak pernah merasa bahwa dunia ini kejam. Tenang saja; aku selalu ada. Esok dan selamanya adalah hari-hari yang indah—selama aku ada. Sebab aku pelukis andal; bisa menciptakan senyummu yang indah; meski kanvasnya dari lembaran hati yang patah. Jadi. Lagi dan lagi. Aku mengaku kalah. Lagi pula, manusia bodoh macam apa yang tidak terpikat pada ke dua bola matamu yang indah? ***

Sumber: