Jurnalisme Indonesia saat ini dihadapkan pada tiga tantangan besar:
Disinformasi dan hoaks. Penyebarannya begitu cepat melalui media sosial sehingga sulit ditangkal. Kondisi ini mengancam kualitas berita dan menggerus kepercayaan publik.
Tekanan politik dan kepentingan ekonomi. Independensi media kerap dipertaruhkan. Tidak jarang pemberitaan dipengaruhi kepentingan tertentu, yang pada akhirnya membuat media kehilangan obyektivitas.
Teknologi dan kecerdasan buatan (AI). Teknologi menghadirkan peluang efisiensi, mulai dari otomasi penulisan hingga verifikasi fakta. Namun di sisi lain, risiko deepfake dan berita buatan AI menjadi ancaman baru. Regulasi adaptif dan etika jurnalistik kembali menjadi kunci.
Prediksi Arah Media: Kini dan Nanti
Prediksi mengenai masa depan jurnalisme di Indonesia melahirkan tiga kemungkinan skenario: optimis, pesimis, dan jalan tengah.
Dalam prediksi optimis, jurnalisme Indonesia akan tumbuh lebih kuat berkat inovasi. Kehadiran ruang verifikasi seperti fact-checking journalism menegaskan komitmen melawan hoaks. Beberapa media besar juga mulai serius mengembangkan jurnalisme data, cek fakta, menghadirkan laporan berbasis angka dan riset yang lebih akurat. Kolaborasi lintas media, termasuk dengan lembaga independen, dipandang sebagai jalan memperkuat peran jurnalisme.
Namun, ada juga prediksi pesimis. Jika media terus terjebak pola klikbait dan kejar tayang, publik bisa semakin kehilangan kepercayaan. Konten dangkal dan sensasional akan membuat masyarakat beralih ke media sosial atau influencer. Survei menurunnya kepercayaan publik setiap tahun menjadi alarm serius untuk media massa.
Sementara itu, skenario tengah menempatkan jurnalisme pada posisi adaptif. Bentuk baru seperti slow journalism—liputan mendalam dengan konteks luas—dan solutions journalism, yang menawarkan solusi atas masalah, dinilai mampu memberi makna lebih. Generasi muda, termasuk pers mahasiswa, percaya arah ini bisa mengembalikan esensi berita.
Menjaga Kebenaran Bersama
Di tengah berbagai skenario, satu hal tetap menjadi fondasi: kebenaran. Tanpa komitmen terhadap kebenaran, media hanya akan menjadi bagian dari kebisingan digital. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, praktisi, dan masyarakat untuk menjaga integritas jurnalisme.
Masa depan jurnalisme Indonesia bergantung pada keberanian media untuk berpihak pada publik. Jika kebenaran dijaga, kepercayaan publik akan selalu tumbuh tanpa ragu. Jika tidak, jurnalisme berisiko kehilangan relevansinya di tengah derasnya arus informasi digital.***
Reportase Mendalam
oleh: Laura Inggrit Dominika Gultom
Mahasiswa Jurnalistik, Politeknik Negeri Jakarta