Bali, AktualNews - Pada hari kedua acara Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) 2024 di Bali, Rabu (2/10), dalam sesi keynote speech dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim dan Deep Dive 3, menekankan peran teknologi sebagai solusi peningkatan kualitas pendidikan.
Hal ini mengingat Indonesia, sebagai negara dengan ekosistem pendidikan terbesar keempat di dunia dengan 60 juta murid dan 4 juta guru, memiliki tantangan yang beragam, baik di level institusi, pendidik, maupun pembelajar. “Solusi dan implementasi atas tantangan ini tidak dapat dilakukan secara manual. Teknologi menjadi solusi untuk menjangkau para aktor dan pembelajar dalam skala yang diharapkan,” ujar Mendikbudristek.
Namun demikian, pembangunan dan pengembangan teknologi pendidikan bukanlah proses yang mudah. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah memiliki visi bersama—baik antara pembuat kebijakan dan pengembang agar produk teknologi yang dihasilkan tidak bertumpukan fungsinya. Nadiem menilai, fondasi ini penting sebelum melangkah ke tahap selanjutnya, di mana pemangku kepentingan dan pengembang perlu menggali tantangan, memahami peluang, dan menemukan solusi yang terus-menerus ditambahkan dalam produk teknologi yang tersedia.
Pandangan ini senada dengan Pimpinan Gateways UNESCO Mark West, yang menyebut, “Dalam konteks pendidikan, teknologi dapat memberikan kebebasan kepada orang-orang, dengan menyediakan informasi bagi mereka yang membutuhkan. Ini tercermin dalam kata “Merdeka” di “Merdeka Belajar”—sebuah istilah yang mengesankan buat saya.”
BACA JUGA:Seni Gambuh di Gateways Study Visit Indonesia 2024: Wujud Kebinekaan dan Pelestarian Budaya
Selanjutnya, dalam sesi Deep Dive 3, Indonesia berbagi praktik baik kepada peserta delegasi dari 20 negara dan 9 organisasi internasional tentang lima tips praktis Indonesia selama mengembangkan ekosistem platform pendidikan dalam lima tahun terakhir. Adapun kunci dari lima tips tersebut menekankan pada pemahaman pelaku dalam ekosistem pendidikan. Mendikbudristek menekankan pentingnya proses mendengarkan dan berempati kepada tantangan yang dihadapi para aktor pendidikan, baik itu kepala sekolah, guru, kepala dinas, hingga murid jadi penting untuk menentukan solusi tantangan ini.
Berikutnya adalah pengembangan teknologi yang membutuhkan sumber daya yang melibatkan para pemangku kepentingan sehingga produk pembelajaran yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Situasi ini juga dialami ketika Indonesia mengembangkan platform Rapor Pendidikan di mana tampilan visualnya menunjukkan aneka indikator dan capaian maupun tantangan yang dihadapi tiap sekolah.
Adalah Kautsar Anggara yang menjadi pembicara dalam sesi berbagi, mengatakan bahwa dalam situasi ini penting agar pemangku kepentingan bersinergi dengan pengembang teknologi untuk menentukan prioritas (membangun infrastruktur). “Selama produk yang dikembangkan dapat terukur tingkat keberhasilannya bagi pengguna, platform ini dapat dikembangkan lebih lanjut, memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan ekosistem pendidikan tersebut,” terangnya.***