“Mereka didorong menjadi pihak yang paling memahami standar biji kakao premium sehingga dapat menjadi tiket masuk menuju artisan. Mereka membuka diri bagi petani kakao di kampungnya dengan mengambil biji kakao basah dari siapa pun di kampung. Lalu, meningkatkan mutunya dengan fermentasi dan memasarkan,” kata Maya.
Kelompok tersebut mengelola organisasi dengan profesional. Mereka membagi bidang pekerjaan menjadi tiga divisi. Pertama, divisi fermentasi untuk menjaring biji basah, melakukan fermentasi, hingga mengirimkannya kepada artisan. Kedua, divisi budi daya untuk membantu teman petani memperbaiki bagian hulu agar produksi kebunnya maksimal. Ketiga, divisi produk turunan, yang menghasilkan berbagai produk siap santap untuk dipasarkan di kampung dan kabupaten.***