Rasakan Kelokalan Cokelat Artisan Kampung Merasa

Jumat 27-09-2024,09:14 WIB
Reporter : Rosis Aditya
Editor : Admin

Dengan fermentasi, menurut Maya, aroma dan cita rasa kakao keluar maksimal. Inilah yang membuat suatu biji kakao bisa masuk pasar premium. Harga jualnya seharusnya bisa berlipat lebih tinggi daripada biji kakao kering asalan. Masalahnya, tidak semua petani berhasil bertemu pembeli yang menghargai kualitas. YKAN kemudian mengambil peran menemukenali dan menjembatani petani dengan pembeli yang menghargai kualitas dan mengikuti harga kakao dunia. 

Dari kampung ke ibukota

Popularitas biji kakao Kampung Merasa meroket, ketika artisan cokelat terbesar di Indonesia, Pipiltin Cocoa, bersedia menjadi buyer. Untuk mendukung kampanye Untukmu Bumiku, cokelat artisan atau perajin cokelat hanya memproduksi olahan cokelat dari biji kakao fermentasi.

Kerja sama antara Pipiltin Cocoa dan petani kakao Kampung Merasa diawali dari keberanian para petani mengirimkan sampel biji kakao ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember dalam rangka seleksi nasional. Pemenang pertamanya akan mengikuti acara dua tahunan Cocoa of Excellence di Paris. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan apresiasi kepada biji kakao terbaik di seluruh dunia. 

“Kampung Merasa tidak menang, tapi berhasil masuk 8 besar. Kesuksesan ini menjadi pemantik luar biasa besar di lapangan. Masyarakat Kampung Merasa selama ini tidak menyadari bahwa kakao bisa begitu menarik dan memainkan peran penting. Hingga kemudian mereka bersama-sama belajar meningkatkan kualitas. Ini juga menjadi modal bagi mereka untuk menawarkan kakao Kampung Merasa ke Pipiltin Cocoa,” kisah Maya. 

Januari 2022 menjadi momen yang menarik. Pipiltin Cocoa merilis chocolate bar Kampung Merasa 74%, cokelat single origin asli Indonesia keenam yang diproduksi oleh perajin cokelat tersebut. “Sejak itu, semua pintu kanal seperti terbuka. Tanpa kami mencari, orang datang ke Kampung Merasa. Pemkab Berau menjadikan kakao sebagai komoditas unggulan yang harus dikembangkan. Bola saljunya bergulir ke mana-mana,” kata Maya. 

Yang makin membanggakan, Kampung Merasa menjadi kampung rujukan bagi kampung lain untuk meningkat level biji kakao. Kabupaten lain berkunjung ke Kampung Merasa, belajar proses dari hulu ke hilir, dari pengelolaan kebun hingga proses bean to bar. 

Legenda cokelat sempat menghambat

Ada cerita menarik di balik kakao Merasa. Sebelum pendampingan oleh YKAN, warga Kampung Merasa berpikir bahwa kakao adalah buah beracun. “Rupanya, sewaktu mereka masih kecil, nenek moyang mereka mengatakan bahwa kakao itu beracun. Dulu, penduduk sering mengulum buah kakao. Orang dengan perut yang sensitif lalu akan mengalami sakit perut. Padahal, itu karena di dalam kakao ada kandungan kafein,” kata Maya. 

Saat menemani warga lokal untuk membuat biji kakao fermentasi dalam pelatihan bean to bar, YKAN mengumpulkan para ibu Kampung Merasa dan melatih mereka mengolah kakao untuk konsumsi sendiri. “Mereka takjub, karena untuk pertama kalinya mereka tahu bahwa kakao bisa diolah menjadi makanan dan minuman. Sejak itu, mereka suka membuat di rumah masing-masing untuk dijual kepada wisatawan,” kata Maya.  

Sementara itu, di saat bersamaan, kelompok tani mulai konsisten mengolah dan memproduksi produk dari kakao, hingga kemudian membuat chocolate bar dengan varian rasa 50% atau 70%. Karena warga Kalimantan lebih menyukai cita rasa manis, kelompok tani ini memberi campuran rasa manis berupa gula aren dan susu. 

Yang menarik, Kampung Merasa juga mulai memproduksi pasta kakao padat sebagai bahan baku signature drink di Milkyway Coffee & Milk, Tanjung Redeb, Berau. Kerja sama dengan kafe ini tak lepas dari berbagai pemberitaan terkait launching produk Pipiltin Cocoa. “Milkyway berpikir, jika kakao Kampung Merasa bisa sampai Jakarta, kenapa mereka yang berada di Kabupaten Berau justru tidak memanfaatkannya? Kebanggaan menggunakan biji kakao lokal itu pun menular,” kata Maya. 

Dengan begitu, alternatif sumber pendapatan dari kakao pun berkembang. Di tingkat lokal, mereka menjual produk rumahan langsung kepada wisatawan. Di tingkat kabupaten, mereka menjual bahan baku minuman. Sedangkan di tingkat nasional, mereka menjual biji untuk dijadikan olahan cokelat. 

Kakao sandaran harapan

YKAN membuat kegiatan pertama di Kampung Merasa dengan nama Pelatihan Internal Controlling System (ICS) Kakao. “Ini semacam tools agar petani mengetahui apa yang diinginkan pasar, bagaimana mereka saling mengingatkan untuk melakukan hal sesuai standar, untuk bersama-sama mematuhi aturan, agar bisa menembus pasar premium,” kata Maya, menggandeng Yayasan Kalimajari dari Bali, yang ahli di bidang kakao.

Petani yang menjadi alumni pelatihan ICS kemudian Bergerak Bersama Berdaya, secara sukarela mengikat diri sendiri sebagai Kelompok ICS Kakao Pesete Tawai. Pesete tawai berarti sandaran harapan. Jadi, kelompok ini memiliki visi untuk menjadi sandaran hidup di masa mendatang. 

Kategori :

Terkait