Siak: Destinasi Wisata Eksotis dengan Oleh-Oleh Unik yang Ramah Alam dan Sarat Tradisi

Jumat 20-09-2024,08:34 WIB
Reporter : Rosis Aditya
Editor : Admin

Siak, AktualNews - Siak, salah satu kabupaten di Riau, punya potensi wisata yang menarik, mulai dari bangunan bersejarah, wisata alam mangrove dan taman hutan, hingga skywalk modern di tepi Sungai Siak. Tak mengherankan, jika Siak menjadi magnet bagi traveller asing dan domestik. 

Di mana ada destinasi wisata, di situ pasti ada toko dan kios oleh-oleh yang menawarkan beragam produk khas daerah tersebut. Menariknya, Pemkab Siak memiliki visi menciptakan 1.000 UMKM yang bisa berkelanjutan, mampu naik kelas, dan berdaya dalam jangka waktu lama. Tidak terkecuali, UMKM yang menghasilkan produk oleh-oleh. 

Untuk mendukung visi besar tersebut, SKELAS (Sentra Kreatif Lestari Siak) memikirkan cara untuk merancang program pelatihan bagi para pelaku UMKM Siak. “Kami melakukan pelatihan dan pendampingan terhadap pelaku usaha. Dalam program Inkubasi Bisnis Lestari Siak (KUBISA) terdapat sesi inovasi. Kami berharap produk yang mereka hasilkan bisa menjadi lebih inovatif, sehingga menjadi produk yang tidak hanya keren, tapi juga berdampak terhadap lingkungan,” kata Cerli Febri, inisiator SKELAS.

Apa saja oleh-oleh inovatif yang bisa dibawa pulang oleh wisatawan?

Inovasi yang lahir dari limbah

Menjelajah sudut mana pun di Riau, Anda akan menemukan bolu kemojo, penganan khas Melayu yang manis legit. Sebab, rata-rata kabupaten di Riau memproduksi makanan tradisional tersebut. Cerli bercerita, salah satu peserta Kubisa bernama Santi Lestari mempunyai anak yang tidak bisa mengonsumsi makanan dengan kandungan gluten.

“Santi pernah mendengar, di Pulau Jawa banyak yang memanfaatkan tepung dari bekatul atau sari pati padi. Ia lalu mencoba membuat bolu kemojo dari bahan tersebut, dan berhasil! Sebagai sisa pengolahan padi, sari pati padi yang rendah kalori memang belum banyak digunakan di Siak. Masyarakat hanya memanfaatkan bulir padinya saja. Sari pati padi hanya untuk campuran pakan ternak,” kata Cerli, yang mencoba mengangkat potensi pangan lokal ramah gambut. 

BACA JUGA:Lawu Jazz Festival 2024 Gegerkan Karanganyar Bakal Digelar Tawangmangu Wonderpark

Di samping itu, di Siak terdapat begitu banyak tanaman nanas. Tapi, warga Siak umumnya hanya memanfaatkan buahnya saja. Tidak ada yang memanfaatkan limbah daunnya. Padahal, di beberapa daerah lain, serat daun nanas sudah dimanfaatkan menjadi kain. SKELAS mendorong pemanfaatan kembali serat daun nanas melalui Pinaloka dan Lab Inovasi Siak. 

“Masyarakat mencoba membuat benang dari serat daun nanas untuk dijadikan kain dan kami menjalin kolaborasi dengan usaha tenun. Hanya saja, serat itu baru digunakan untuk membuat motif-motif pada tenun khas Siak. Motifnya kecil, karena daun nanas tidak panjang. Selain itu, belum ada mesin pemintal khusus. Jadi, mereka menggunakan campuran kain tenun benang biasa dan benang dari serat daun nanas,” kata Cerli, sambil menyebutkan bahwa paduan tenun itu dikenakan wakil bupati di gelaran fashion show pada Lancang Kuning Carnival. 

Bukan oleh-oleh biasa

Cerli bercerita, nanas dengan varian bernama nanas mahkota siak merupakan salah satu tanaman yang ditanam oleh banyak petani Siak, karena berfungsi sebagai pencegah kebakaran. “Selain karena fungsinya yang bagus untuk lahan gambut, pemerintah juga ingin membuat kampanye nanas sebagai bahan pangan lokal, di samping padi dan jahe.”

Secara tradisional nanas sering dijadikan jeli, sirop, dan selai oleh kelompok wanita tani. Jika awalnya tidak ada standar kualitas, setelah mengikuti program KUBISA, pembuat produk dari nanas mulai bisa menjaga standar kualitasnya. “Kami coba kembangkan lagi produk yang bisa dihasilkan dari nanas mahkota siak yang mengandung banyak air dengan citarasa asam manis segar. Kami berpikir, bagaimana jika dijadikan kemasan ready to drink? Sebab, saat Lebaran, warga Siak biasanya menyajikan minuman kaleng,” cerita Cerli. 

Singkat cerita, meski awalnya terkendala karena mesin sewaan untuk membuat minuman kaleng ini agak kecil dan bahan baku kaleng terbilang mahal, minuman nanas dengan merek Pinaloka ini sangat disukai. Digawangi oleh Cindi Shandoval, Pinaloka mengembangkan selai nanas menjadi selai isian dan selai oles. Agar perekonomian warga Siak meningkat, Pinaloka tetap mengambil produk dari kelompok wanita tani dalam bentuk sirop, yang kemudian diolah menjadi minuman kaleng, juga membeli buah nanas semua grade untuk membuat produk lain. 

Untuk bolu kemojo, inovasi Santi tidak berhenti pada pergantian jenis tepung dari tepung terigu menjadi tepung bekatul. Karena bolu kemojo hanya mampu bertahan selama 7 hari, Santi ingin membuatnya lebih tahan lama. “Setelah mematangkan ide, ia membuat Tepung Premix Kemojo yang sangat praktis. Orang yang ingin menikmati bolu kemojo tapi tidak ingin repot membuatnya, bisa memanfaatkan tepung premix tersebut. Harganya pun tak jauh berbeda dari bolu kemojo yang sudah jadi. Wisatawan juga bisa membawanya sebagai oleh-oleh dan membuatnya sendiri di rumah,” cerita Cerli. 

Kategori :