Sejarah Panjang Konflik Palestina – Israel Hingga Detik Ini

Kamis 16-05-2024,21:34 WIB
Reporter : Suherman Roy
Editor : Admin

Perang Kemerdekaan Israel (1948-1949) pecah, tepatnya pada 14 Mei 1948. Serangan berskala besar dari negara-negara Arab sekitarnya. Mesir, Yordania, Suriah, Irak, dan Lebanon mengirim pasukan mereka untuk menyerang Israel yang baru merdeka, dengan tujuan untuk mencegah pembentukan negara Yahudi tersebut. Perang Kemerdekaan Israel, atau Perang Arab-Israel Pertama, berlangsung selama hampir satu tahun dan berujung pada kemenangan Israel. Hasil dari perang ini adalah pendirian negara Israel secara de facto dan pembagian wilayah yang berbeda dari yang direncanakan dalam 

 

Resolusi 181. Wilayah Palestina yang direncanakan untuk negara Arab menjadi wilayah yang dikuasai oleh Yordania dan Mesir. Konflik ini tidak hanya menghasilkan pembentukan negara Israel yang kontroversial, tetapi juga menciptakan kondisi yang sulit bagi populasi Palestina. Puluhan ribu orang Palestina menjadi pengungsi sebagai akibat langsung dari perang ini, menciptakan masalah kemanusiaan yang kompleks dan berkepanjangan.

 

*Kondisi Palestina hari ini*

Global telah banyak menyaksikan bahwa kejahatan dewasa ini telah tersistematis bahkan seolah-olah telah dilegalkan oleh dunia. Tak sedikit nyawa tak bersalah harus dikorbankan, tercatat bahwa 31 ribu lebih warga meninggal dan 72 ribu lebih terluka parah di Gaza yang dalam hal ini 72% korban merupakan anak-anak dan perempuan yang kita ketahui bersama bahwa itu anak-anak dan perempuan termasuk non-kombatan (tidak boleh diperangi). Hal itu bukan hanya membicarakan berapa banyaknya angka tentang korban tetapi tentang betapa berharganya hak hidup sebagai seorang makhluk hidup, dan yang paling membuat miris masih banyak negara tutup mata akan perbuatan keji yang dilakukan oleh Israel. 

 

Meskipun demikian, tidak sedikit masyarakat transnasional yang banyak berempati bahkan semakin menguatkan suaranya dalam membela Palestina dan berusaha menghentikan genosida yang berlangsung. Hal ini menandakan bahwa Palestina masih banyak mendapatkan dukungan moral dan kemanusiaan dari semua kalangan masyarakat. Sekalipun mereka berasal dari negara yang secara resmi negara asalnya menyatakan dukungan atas Israel, misal seperti warga Amerika Serikat, tidak sedikit kalangan pelajar disana berdemonstrasi agar pemerintah memperhatikan Palestina dan mengutuk tindakan Israel, meskipun Pemerintah AS tidak menunjukkan sedikitpun dukungannya atas Palestina tetapi setidaknya AS memilih abstain dalam keputusan Dewan Keamanan PBB yang ditetapkan menjadi resolusi 2728 (2024). 

 

Tidak berhenti di Amerika Serikat, bahkan di Uni Eropa pun tak kalah banyaknya dukungan di kalangan akademisi itu. Kelompok-kelompok ini sering mengadakan acara dan demonstrasi untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah Palestina dan mengadvokasi hak-hak Palestina. Beberapa diantaranya

- Universitas Cambridge memiliki kelompok mahasiswa pro-Palestina yang sangat aktif yang disebut "Cambridge Palestine Solidarity." Kelompok ini mengadakan berbagai acara, termasuk ceramah, pemutaran film, dan demonstrasi.

- Universitas Oxford memiliki kelompok mahasiswa pro-Palestina yang disebut "Oxford Palestine Society."

- Universitas College London memiliki kelompok mahasiswa pro-Palestina yang disebut "UCL Friends of Palestine.

 

Itulah beberapa contoh dari Top universitas dunia. Terlebih di beberapa negara dengan mayoritas muslim. Tentu akan sangat dipertanyakan jika mengabaikan Palestina. Perlu dicatat juga bahwa pada tanggal 7 Mei 2024, 172 Universitas Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) di seluruh Indonesia serentak menggelar aksi solidaritas dan orasi untuk mendukung rakyat Palestina. Aksi ini merupakan bentuk kepedulian dan komitmen sivitas akademika PTMA terhadap kemanusiaan dan perdamaian dunia.

 

Kategori :