Oleh : Adung Abdul Haris
Tangerang, AktualNews - Puluhan ribu umat Islam membanjiri Desa Tanara , Serang - Banten untuk menghadiri acara haul Ke -131 Syekh Nawawi Al Bantani di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara, Kabupaten Serang-Banten (Jumat, 3 mei 2024).
Pada hari sabtu, 4 Mei 2024. Diperkirakan puncak acara haul, yakni yang berlangsung saat ini, sebagaimana penulis menyaksikan langsung acara yang dihadiri oleh KH. Ma'ruf Amin, dan sekaligus Wapres RI, dan juga dihadiri oleh Qori' Legendaris Internasional, H. Muammar ZA, yang tampil demikian memukau. Acara haul Syekh Nawawi Al-Bantani di lingkungan Ponpes An-Nawawi Tanara, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, merupakan agenda tahunan. Tradisi tersebut merupakan bagian dari upaya untuk memperingati sosok seorang ulama Banten yang mendunia, hingga menjadi Imam di Masjidilharam (Mekkah).
BACA JUGA:Janggal || Ada Luka, Di Jasad Pria Yang Meninggal di Kebon Singkong, Pasar Kemiri
Haul Syekh Nawawi al-Bantani dirayakan setiap akhir bulan Syawal yang pada tahun ini bertepatan pada hari Jumat, (3/5/2024), dan dipusatkan di Ponpes An-Nawawi Tanara-Banten, yakni pimpinan KH. Ma'ruf Amin (Wakil Presiden RI). Syekh Nawawi Al Bantani, lahir di Tanara, Serang-Banten, pada tahun 1230 H/1813 M. Syaikh Nawawi merupakan salah seorang ulama intelektual muslim yang produktif menulis kitab kuning. Sementara jumlah karya dari Syekh Nawawi Al-Bantani, kurang lebih sekitar 115 judul karangan (kitab) yang meliputi dibidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Bahkan, karena kemasyhurannya, akhirnya Syekh Nawawi al-Bantani dijuluki sebagai Sayyid Ulama al-Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz), al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang Mumpuni ilmunya), A'yan Ulama al-Qarn al-Ram Asyar li al-Hijrah (Tokoh Ulama Abad 14 Hijriyah), hingga Imam Ulama al-Haramain (Imam Ulama Dua Kota Suci).
Untuk itu, kita semua berharap (termasuk harapan penulis), semoga peringatan haul Syekh Nawawi Al Bantani tahun ini dapat mengenang perjuangan beliau, dan dapat menginsfirasi para pemimpin bangsa, demi kemajuan bangsa Indonesia (wabil khusus di internal umat Islam), yang nota bene bangsa dan negara ini memang memiliki keanekaragaman perbedaan suku, ras agama, budaya, dan bahasa, namun tetap hidup bersatu, rukun, dan damai.
BACA JUGA:Camat Kemiri dan Lurah Kemiri Berta'ziah Sampaikan Belasungkawa Kepada Keluarga almarhum Aldi
|| Riwayat Hidup Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani.
Syekh Nawawi lahir di Kampung Tanara Desa Tanara, sebuah Desa kecil di Kecamatan Tirtayasa (dulu, sekarang menjadi Kecamatan Tanara), Kabupaten Serang-Banten, tahun 1230 H atau tahun 1815 M, dengan nama Muhammad Nawawi bin Umar bin 'Arabi al-Bantani. Beliau adalah sulung dari tujuh bersaudara, yaitu Ahmad Syihabudin, Tamim, Said, Abdullah, Tsaqilah dan Sariyah. Beliau merupakan generasi ke-12 dari Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama Banten Putra Sunan Gunung Jati. Sementara nasabnya melalui jalur Kesultanan Banten itu sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Ayah Syekh Nawawi merupakan seorang Ulama lokal di Banten, yaitu Kiyai Umar bin Arabi al-Bantani. Sedangkan ibunya bernama Zubaedah, yaitu seorang ibu rumah tangga biasa. Syaikh Nawawi menikah dengan Nyai Nasimah, gadis asal Tanara-Serang, dan dikaruniai tiga orang anak, yaitu : Nafisah, Maryam dan Rubi'ah. Namun sang istri dari Syaikh Nawawi itu, akhirnya wafat mendahuluinya. Sejak berusia lima tahun, Syekh Nawawi sudah mulai belajar ilmu agama Islam langsung kepada ayahnya sendiri, yakni bersama saudara-saudara kandungnya. Syekh Nawawi mempelajari tentang pengetahuan dasar bahasa Arab, fiqih, tauhid, al-Quran dan tafsir. Pada usia delapan tahun bersama kedua adiknya, yaitu Tamim dan Ahmad, Syekh Nawawi berguru kepada K.H. Sahal, yakni salah seorang ulama terkenal di Banten saat itu. Kemudian melanjutkan kegiatan menimba ilmu kepada Syekh Baing Yusuf Purwakarta. Bahkan, di usianya yang belum genap lima belas tahun, Syekh Nawawi telah mengajar banyak orang, sampai kemudian ia mencari tempat di pinggir pantai agar ia lebih leluasa mengajar murid-muridnya, yang kian hari kian bertambah banyak. Baru setelah usianya mencapai lima belas tahun, Syekh Nawawi menunaikan haji dan sambil berguru kepada sejumlah ulama masyhur di Mekah saat itu.***