Tangerang, AktualNews - Adung Abdul Haris bagian dari peserta diskusi diacara "Gebyar Harmoni Literasi Dan Toleransi", diskusi tersebut digelar di Aula Kantor Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Sementara poin-poin penting atau bisa juga dikatakan sebagai kesimpulan hasil akhir dari diskusi tersebut memang cukup menukik dan menarik. Mengingat acara diskusi tersebut dipandu oleh salah seorang Presenter TV terbaik versi KPI 2016, yakni Bapak Imam Priyono. Minggu, 22 Mei 2022.
Sementara para nara sumber diacara Gebyar Harmoni Literasi Dan Toleransi Itu adalah orang-orang hebat dan profesional dibidangnya masing-masing. Dan ketika mereka menyampaikan materinya memang demikian menarik, menukik dan sekaligus menggelitik para audien yakni seperti Kang Maman Suherman yang bisa mencairkan suasana diskusi. Lebih dari itu, para nara sumber ketika menyampaikan inti materinya mereka demikian menukik ke titik persoalan atau ke problematika yang dihadapi oleh dinamika literasi yang terjadi di Indonesia. Misalnya, menurut Kang Maman Suherman (Sahabat Literasi) bahwa pengertian Literasi menurutnya, tidak hanya sekedar baca dan tulis sebagaimana yang telah disinyalir di dalam Alqur'an Surat Al-Alaq, yaitu tentang "Iqra'". Artinya ; bacalah.
Namun lebih dari itu menurut Kang Maman Suherman, bahwa masih ada kelanjutan ayat berikutnya, yaitu tentang "Afala Ta'lamun (apakah kalian tidak mengetahui). "Afala yatafakkarun (Apakah kalian tidak berfikir). "Apala Tubsyirun (Apakah kaliau tidak memperhatikan) dan seterusnya.
Menurut Kang Maman, bahwa makna tentang "Afala Tubsirun Itu" sebagaimana telah disinyalir di dalam alqur'an itu, maknanya demikian dalam, yakni kita tidak hanya sekedar baca, tapi kita harus mengerti dengan apa yang kita baca, baik secara tekstual maupun konteksnya, dan kita harus mampu memperhatikan dan mengelaboratif (menela'ah secara kritis) dengan apa yang kita baca.
Dengan kata lain menurut kang Maman, bahwa kita membaca (berliterasi itu) tidak hanya sekedar membaca, tapi bagaimana agar kita faham atau memahami apa yang kita baca. Lebih dari itu, kita mampu membaca abstraksi dari apa yang kita baca dan seterusnya.
Demikian juga menurut salah seorang nara sumber lainnya, yakni menurut Dr. Firman Venayaksa (ASN Insfiratif/Dosen), yang demikian juga menarik dalam penyampaian materinya, yakni disamping kita harus faham betul dengan apa yang kita baca, baik teksnya maupun konteksnya lebih dari itu, di era digitalisasi ini menurut Kang Firman, bahwa kita harus mampu memanfaatkan (buku-buku) yang berbentuk/dikemas di dalam proses digitalisasi yang terjadi saat ini, yakni demi kemajuan masyarat dan bangsa kita.
Sementara menurut nara sumber lainnya, yakni menurut Bapak Dr. Cecep Suryana, MM (Direktur PMPK Kemendikbudristek), ketika hadir diacara diskusi, beliau menyampaikan misi institusinya. Yakni, saat ini diDirektoran PMPK Kemendikbudristek, sedang konsen untuk terus TBM-TBM di seantero negeri ini jauh lebih maju lagi dan bahkan saat ini juga pihak PMPK sedang konsen juga untuk melakukan proses pemberantasan (buta huruf) khususnya untuk wilayah Papua. Karena hingga saat ini menurut Dr. Cecep Suryana, bahwa wilayah tersebut "dalam tanda kutip(") masih tertinggal dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di seluruh negeri ini.
Oleh karena itu, proses pemberantasan buta aksara untuk daerah tersebut (Papua) merupakan suatu keharusan. Menurut lelaki yang berperawakan kecil mungil itu, bahwa di internal Dirjen PMPK Kemendikbudristek saat ini sedang konsen agar terus bermunculan kampung kampung literasi. Hal itu demi terjadinya proses intelektualisasi di tengah-tengah masyarakat.
Adung Abdul Haris : Kesimpulan Hasil Gebyar Harmoni Literasi dan Toleransi di Gebyar Pemuda Mauk ’22
Selasa 24-05-2022,12:47 WIB
Editor : Aktual News
Kategori :