IWO Soroti Tantangan Kebebasan Pers di Era Digital
 
                            Ketua Umum IWO, Dwi Christianto--
Jakarta, AktualNews - Ketua Umum Ikatan Wartawan Online (IWO), Dwi Christianto, menyoroti tantangan dan peluang kebebasan pers di era digital dalam peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia. Menurutnya, perkembangan teknologi telah membawa perubahan besar dalam dunia jurnalistik, namun juga memunculkan risiko baru bagi kebebasan dan profesionalisme pers.
“Wartawan kini menghadapi tantangan kriminalisasi melalui regulasi seperti UU ITE, yang kerap disalahgunakan untuk membungkam kritik,” ujar Dwi, Sabtu (3/5). Ia menyambut baik putusan Mahkamah Konstitusi yang menegaskan bahwa UU ITE tidak dapat diterapkan terhadap pers oleh institusi negara.
Selain kriminalisasi, Dwi juga menyoroti maraknya media tidak terverifikasi yang menyebarkan hoaks dan merusak kredibilitas jurnalisme. Ia menambahkan, tekanan dari algoritma media sosial turut menggeser orientasi berita ke arah sensasi, sementara krisis ekonomi membuat banyak media kekurangan sumber daya.
BACA JUGA:Solusi Bangun Indonesia Pacu Inovasi dan Ekspansi Ekspor di Tengah Dinamika Industri
Merujuk data Reporters Without Borders (RSF), Dwi mengungkapkan bahwa indeks kebebasan pers Indonesia sempat anjlok ke posisi 113 dunia pada 2020–2021, diperburuk oleh pandemi COVID-19 yang membatasi ruang gerak wartawan.
Komitmen IWO terhadap Profesionalisme Pers
Dalam visinya, IWO berkomitmen membangun pers yang profesional, sejahtera, dan demokratis. Organisasi ini aktif dalam advokasi, termasuk saat melaporkan Menteri ESDM Jero Wacik ke Bareskrim pada 2013 karena pernyataan yang dinilai mencemarkan media siber.
“Pada pelantikan Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran, kami juga menyampaikan harapan agar pemerintahan baru menjamin kebebasan pers dan transparansi,” tambah Dwi.
IWO menekankan pentingnya pelatihan, pendidikan jurnalistik, serta Uji Kompetensi Wartawan (UKW) bekerja sama dengan Dewan Pers, guna meningkatkan standar profesionalisme. Organisasi ini juga membuka peluang kerja sama internasional, termasuk dengan Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), serta mendorong pelatihan digital dan verifikasi fakta untuk menghadapi tantangan hoaks dan algoritma.
“Kami juga memperjuangkan kesejahteraan wartawan, karena banyak dari mereka masih bekerja dalam tekanan ekonomi dan upah rendah. IWO mendukung pengembangan model bisnis media yang berkelanjutan,” tutup Dwi.***
- Share
- 
                                
 
             
                                         
                                         
                                        