Maluku, Aktual News-Hadir dalam acara “Pelantikan Dewan Pengurus Wilayah Ikatan Mahasiswa Olahraga Indonesia (DPW Imori) Maluku”, Staf Pengajar Fakultas Keguruan Universitas Pattimura Ambon DR Siti Sifinubun S.Pd, M.Pd., berharap momentum ini bisa dimanfaatkan segenap stakeholders sebagai ajang bebenah diri dalam rangka menyongsong Pekan Olah Raga Nasional (PON) XX yang akan segera diselenggarakan Papua, mulai tgl 2 Oktober 2021 nanti. Bukan saja para atlit atau olahragawan atau Pengurus Cabang-Cabang Olah Raga di daerah ini, melainkan tidak kecuali DPW Imori Maluku yang baru saja dilantik bersama-sama Pengurus KONI Maluku serta Pemerintah Daerah. Semua pihak harus mau berkolaborasi secara efektif dan simultan agar dalam ajang PON XX nanti Maluku mampu tampil meraih prestasi yang jauh lebih baik dibanding event-event yang lalu, minimal ada perbaikan peringkat dalam perolehan medali dari hasil PON XIX di Jawa Barat.
Demikian penggalan komentar yang dilontarkan Difinubun saat dihubungi media ini sore kemarin, Sabtu (28/8) untuk mengkonfirmasi kebenaran berita yang mengatakan ada penyelenggaraan acara “Pelantikan dan Rapat Kerja Dewan Pengurus Wilayah Ikatan Mahasiswa Olahraga Indonesia (DPW Imori) Maluku periode 2021-2023”.
Dari keterangannya terungkap, benar acara itu berlangsung pagi hari kemarin, Sabtu (28/8), dengan mengambil tempat di Gedung Aula PGSD Kampus B Universitas Pattimura di Jln Dr Tamaela Ambon. Selain digelar pelantikan Pengurus yang diselingi Rapat Kerja Perdana DPW IMORI Maluku, maka agenda perhelatan itu juga digunakan untuk menyelenggarakan dialog olahraga dengan mengusung tema : “Meninjau Kesiapan Kontingen Maluku Menuju PON Ke-XX Tahun 2021 Di Papua”.
Pada acara “dialoog” itu, Difinubun selain didapuk duduk selaku salah satu Pembina dalam susunan Kepengurusan DPW IMORI Maluku periode 2021-2023 ini, juga diminta tampil sebagai salah satu “narasumber” mewakili Akademisi Unpatti, bersama beberapa kalangan lain antara lain Samson Atapary, SH., praktisi hukum yang sekarang menjadi legislator DPRD Provinsi Maluku menjabat Ketua Komisi IV serta Ketua KONI Maluku Prof. Tony. G Pariela.
Menurut Difinubun, agak beda dengan narasumber lain-lain, maka dalam dialog itu dirinya lebih cendrung menyoroti kondisi riil kesiapan atlit-atlit Maluku menyongsong PON XX yang sekarang tinggal beberapa waktu. Atensi dirinya yang cendrung berbeda ini menurut dia terdorong hasil inventarisasinya atas prestasi kontingen para olahragawan Maluku selama ajang-ajang PON belakangan mulai PON XVI di Palembang Sumatera Selatan tahun 2004 hingga terakhir pada PON XIX di Bandung Jawa Barat tahun 2016 lalu.
Dikatakan, pada perhelatan PON XVI tgl 2-14 September 2004 di Palembang Sumatera Selatan yang memperebutkan 2.030 medali (625 emas dan 625 perak serta 780 perunggu), Maluku menempati peringkat ke-25 di atas peringkat ke-26 Bangka Belitung dan di bawah peringkat ke-24 Kalimantan Tengah dengan meraih 10 medali terdiri dari 3 emas 2 perak dan 5 perunggu. Nanti pada PON XVII yang berlangsung di Samarinda Kalimantan Timur tgl 5-17 Juli 2008 baru atlit-atlit Maluku saat itu berhasil memperbaiki posisi hingga naik menempati peringkat ke-20 di atas peringkat ke-21 Kalimantan Barat dan di bawah peringkat ke-19 Papua Barat, dengan meraih 24 medali meliputi 6 medali emas dan 2 perak serta 16 perunggu.
Akan tetapi berikut-berikutnya setelah itu, dalam ke-2 event olahraga akbar tingkat nasional itu, hasil yang diraih atlit-atlit Maluku ibarat jalan di tempat. Posisi Maluku dalam PON KE-XVIII tgl 11-20 September 2012 di Pangkalpinang Riau tetap bertengger pada peringkat 20 dengan raihan 19 medali terdiri dari 4 emas 10 perak dan 5 perunggu di atas peringkat ke-21 Banten dan di bawah peringkat ke-19 Kalimantan Selatan, sementara Kalimantan Barat yang pada PON sebelumnya berada pada peringkat ke-21 justru melonjak naik menempati posisi ke-16. Begitu juga halnya, sampai terakhir dalam ajang PON ke-XIX di Bandung Jawa Barat tgl 17-29 September 2016 yang memperebutkan 2.493 medali (761 emas, 761 perak dan 976 perunggu) atlit-atlit asal daerah Maluku lagi-lagi hanya mampu bertahan pada peringkat ke-20 dengan meraih 19 buah medali terdiri dari 7 emas dan 3 perak ditambah 9 perunggu, seakan-akan merangkak naik setapak saja pun tak bisa, padahal Banten yang sebelum itu hanya menempati peringkat ke-21 mampu meraih prestasi spektakuler naik menduduki peringkat ke-13.
Sulit dibayangkan, katanya, sebab dengan hasil seperti itu sama artinya selama 3 (tiga) periode PON atau selama 12 tahun berturut-turut mulai pasca PON ke-XVI tahun 2004 s/d PON ke-XIX tahun 2016 dunia olahraga Maluku “jalan di tempat” atau dengan kata lain tidak mampu bebenah sehingga prestasi yang ditoreh atlit-atlitnya juga tidak mampu menampilkan perbaikan peringkat perolehan medali.
Padahal menurut Dewan Pakar yang juga mantan Wakil Ketua Fatayat NU Maluku ini, secara nasional khalayak tahu Maluku merupakan salah satu gudang atlit-atlit berprestasi terutama pada cabang atletik, tinju dan sepakbola.
Difnubun tak lupa menyebut beberapa nama atlit Maluku yang mampu menunjukkan prestasinya hingga terpilih mewakili Indonesia ke kancah internasional. Pada cabang olahraga atletik, kata dia, ada beberapa “srikandi”, antara lain : Carolina “Nina” Rieuwpassa, Henny Maspaitella, Irene Joseph dan Emma Tahapary hingga terakhir Alfin Tehupeiory yang mewakili Indonesia pada Olimpiade Tokio 2020 baru-baru. Juga dari cabang olahraga “dayung”, ada La Memo asal Pulau Osi Negeri Etti Seram Bagian Barat bisa meraih 2 medali emas dalam Sea Games XXVIII tahun 2015 di Singapura kemudian sempat masuk perempat final Olimpiade tahun 2016 di Rio de Yaneiro, setelah itu berhasil meraih medali perak saat Asian Games 2018.
Ditanyakan kira-kira apa sebabnya, dia dengan nada tandas mengatakan : “yah, tentu ada yang salah dari sistem pembinaan atlit-atlit kita dan untuk itu tak ada alternatif lain kecuali semua pihak yang terlibat sebagai bagian atau elemen-elemen sistem itu mau membuka diri dan melakukan koreksi total. Setiap atlit tentu saja memiliki obsesi untuk menciptakan prestasi yang spektakuler bahkan bila perlu bisa meraih gelar juara dunia, tetapi kalau potensi yang dimiliki masing-masing orang itu tidak terbina didalam satu lingkungan sistem yang ideal, semuanya tetap tidak akan mampu merubah keadaan menjadi lebih baik atau lebih prestisius”.
Koreksi total yang disebutkannya itu, menurut dia, pertama-tama harus diawali goodwill unit-unit dalam sistem untuk menghilangkan disharmoni. Setelah itu semua lini bergerak secara simultan, dimulai dengan melakukan inventarisasi masalah, disusul identifikasiapa-apa saja yang krusial dan harus dijadikan prioritas, kemudian analisis dan evaluasi dengan merumuskan formula atau opsi baru dilanjutkan dengan intervensi sumber daya apakah pengetahuan atau pengalaman praktis sampai finansial, dengan catatan jika ada yang dipandang tak perlu atau justru menjadi penghalang tak usah segan-segan diamputasi.
Hanya menurut dia, berhadapan dengan PON XX yang tinggal selang sebulan, koreksi total yang menjadi gagasannya itu tentu tak cukup waktu.
Oleh karena itu dia berharap, dialoog yang dihelat mengiringi acara pelantikan dan Rakerda itu dijadikan momentum untuk bebenah. Akan lebih baik lagi bila hasil diskusi itu dikonkretisasikan oleh PW IMORI Maluku dalam bentuk sebuah konsep formula taktis disesuaikan dengan kondisi kekinian postur olahraga Maluku selanjutnya diberikan sebagai sumbangsih pikiran bagi KONI Maluku bersama Pemerintah Daerah menghadapi PON di Papua bulan Oktober nanti.[ Red/Akt-13/Munir Achmad ]
Aktual News