Nasib Bangsa dan Negara Janganlah Dijadikan Pertaruhan
Jakarta, Aktual News-Jurus mabuk dalam aksi film silat Cina yang ditonton pada masa kecil tampak telah menginspirasi banyak orang pada akhir belakangan ini. Mulai dari kalangan legislatif hingga eksekutif serta yudikatif. Sementara pada bilik lain, rakyat hanya boleh menjadi penonton tidak boleh banyak komentar, sebab sanksinya berat, bisa terjerat pasal karet yang mulur mungkret. Banyak orang tidak paham, bahwa sesungguhnya legalnya untuk investasi minuman keras (miras) atau minuman alkohol (minol) sudah sah diketuk bersama UU Omnibus Law Cipta Kerja No 11 Tahun 2020. Pada paragraf 2, pasal 77 tentang perubahan UU sebelumnya, yang menutup cipta investasi sebanyak 14 bidang, jadi tersisa 6 bidang. Artinya membuka lebar untuk 8 bidang cipta investasi, termasuk 2 bidang investasi minuman keras dan investasi minuman alkohol/ anggur, yang tertuang pada Perpres No 6 tahun 2021 itu. Jadi, apapun latar belakang, maksud dan tujuan dengan diresmikannya investasi miras, memang tidak meacing (cocok) untuk ditelaah dari sisi akhlaq dan moral bangsa yang patut kita jaga bersama. Sebab sikap dan sifat egosentrisitas diperlukan bagi pelestarian kapitalisme di negeri ini. Begitulah perang budaya asimetris yang tampak pasrah diterima akibat tidak sanggup membangun perimbangan andainya pun tak mampu membuat pertahanan hingga sikap perlawanan heroik. Omnibus Law yang telah sah menjadi UU No. 11 Tahun 2020 itu sejatinya menandai keoknya kaum buruh, tidaklah perlu diartikan sebagai bentuk kekalahan dari rakyat Indonesia. Meski jumlah kaum buruh Indonesia sekarang tak kurang dari 138 juta jumlahnya. Sebab rakyat sendiri toh tak perduli dengan harga maupun nilai kedaulatan yang mahal itu. Jadi wajar bila jurus mabuk itu menjadi trend pada musim pagebluk yang tidak mampu diatasi hingga setahun lamanya mendera Indonesia. Karena jurus mabuk dalam kancah politik - tak hanya pada persilatan- tapi juga telah dijadikan cara membangun dinasti, telah merambah ekonomi yang semakin kritis seperti budaya bangsa yang makin absurd tampilannya. Agaknya jurus mabuk itu pun demikian pula adanya. Karena itu pun, harap dimaklum pada sikap pasrah, senantiasa legowo. Meski logikanya untuk menata babgsa dan negara tak bisa dilakukan secara nasib-nasiban. Sebab negara dan bangsa tidak boleh dijadikan pertaruhan. [ Red/Akt-01 ] Jacob Ereste Pengamat Sosial
Sumber: