Untuk Anies – Emil : Check-Point Alur Jakarta-Bandung Ternyata Bolong

Untuk Anies – Emil : Check-Point Alur Jakarta-Bandung Ternyata Bolong

Jakarta, Aktual News-Khalayak yang sempat menonton acara dalam rubrik “Fakta” pada TVOne tadi malam hari Senin (11/5) pkl 21:00WIB tentu ada yang merasa terusik menyaksikan wawancara yang ditayang. Seperti nampak dalam tayangan acara itu, presenter-kondang Balqis Manisang sedang mewawancarai seseorang lelaki memakai masker (kalau tak salah) bernama Maulana (dipanggilnya : Kang Maulana) yang baru saja tiba di Kota Bandung dari Jakarta, melalui tele-call video. Menjawab salah satu pertanyaan Maulana menuturkan, dari Jakarta dia membeli ticket seharga Rp 160.000,- (seratus enam puluh ribu rupiah), selanjutnya berangkat menuju Bandung pada pkl 06:15 dan tiba 2 jam kemudian. Banyak yang diceritakan Maulana dari perjalanannya ini sebagaimana banyak pula yang ditanyakan Balqis. Antara lain, mobil yang ditumpangi Maulana totalnya memuat 5 (lima) orang, sehingga oleh Balqis sempat disebut telah melampaui kapasitas maksimum 50% sesuai ketentuan PSBB. Selain itu, masih menurut Maulana pula, sebelum keberangkatan Bus/Mobil yang ditumpanginya itu sudah disepakati lebih dahulu, bilamana ternyata di perjalanan nanti ada “petugas” hingga disuruh putar-balik kembali ke Jakarta, apa boleh buat. Namun dari rangkaian penuturan Maulana nampaknya yang menarik adalah bahwa, “di sepanjang perjalanan itu ternyata sama sekali tidak ada check-point”. Sebagaimana dituturkan Maulana, semula diketahuinya ada sebuah check-point di Cipularang, akan tetapi ternyata pada saat dilewati mobil yang ditumpanginya, hanya nampak terbentang pagar-pembatas akan tanpa kelihatan seseorang Petugas, sebagaimana lazim pada sebuah check-point yang merupakan infrastuktur PSBB. Vacumnya check-point dan petugas-petugas Pengamanan PSBB yang sering dipublikasi secara bombastis itu malah ditemukannya pula pada semua jalur jalan sepanjang perjalanannya dari Jakarta hingga tiba di Kota Bandung. Perjalanannya pun akhirnya berlangsung mulus-mulus saja hingga tiba di Kota Bandung, padahal sebelum keberangkatan mobil yang ditumpanginya itu ada rasa was-was, khawatir jangan sampai dalam perjalanan nanti ditemui Petugas sehingga mesti memutar-arah kembali ke Jakarta. Dari rekaman video yang menayangkan perjalanan Maulana dalam wawancara itu kelihatan juga, selain mobil yang ditumpangi Maulana Dkk, ada beberapa mobil lain sempat melambung dan buru-buru melaju mendahului menuju arah yang sama. Fakta ini niscaya penting bagi Kang Emil (Ridwan Kamil) Gubernur Jawa Barat dan Bung Anies (Anies Baswedan) Gubernur DKI. Entah berapa banyak “maulana-maulana lain” yang sudah diloloskan oleh sebuah sistem PSBB yang ternyata rapuh dan bolong. Setidak-tidaknya, menyaksikan lolosnya Maulana bersama rekan-rekannya seperjalanan dengan mulus dari Jakarta sampai ke Bandung, disamping beberapa mobil lain yang juga terlihat melambung dan buru-buru melaju mendahului. Belum lagi lain-lain mobil, yang tak mustahil ikut-ikutan mencuri kesempatan yang sama, hanya agak lebih mujur tidak sempat terekam dalam video rekaman perjalanan Maulana Dkk. Mengapa dikatakan penting tak lain karena sudah merupakan kesepakatan umum, intensitas lalu-lintas interaksi manusia merupakan salah satu jalur utama sebaran covid-19, yang oleh karena itu pula, PSBB akhirnya disepakati bersama sebagai salah satu alternatif pencegahannya karena konon dinilai sebagai pilihan paling efektif selain lockdown. Disebut penting bagi Anies dan Emil, karena lolosnya Maulana adalah pada jalur lalu-lintas Jakarta-Bandung, sedangkan kita tahu pula, DKI Jakarta dan Jawa-Barat merupakan daerah yang paling tinggi populasi pasiennya yang terkonfirmasi sudah positif terinfeksi covid-19 disamping frekwensi sebarannya yang relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Akan tetapi andaikata dalam implementasinya ternyata rapuh dan bolong sebagaimana fakta yang terungkap dari perjalanan Maulana Dkk hingga bisa dengan leluasa berangkat dari Jakarta sampai lolos tiba di Kota Bandung tanpa menemui sensor check-point, ada baiknya dilakukan evaluasi, paling tidak terhadap barang siapa yang paling bertanggungjawab. Tidak perlu ada keragu-raguan sedikit pun untuk mengevaluasi kinerja seseorang pejabat dalam struktur pemerintahan daerah yang mesti paling bertanggungjawab atas bolongnya sub sistem check-point ini sebab dibalik fungsi yang dipercayakan padanya atas nama undang-undang, sesungguhnya ada tanggungjawab luar biasa besar, menyangkut taruhan nyawa anak-anak manusia. Sebaliknya jika dibiarkan, boleh jadi esok atau lusa akan kembali terjadi, apakah pada alur jalan yang sama atau mungkin juga pada alur-alur lain yang niscaya bakal menimbulkan akibat yang jauh lebih luas dan lebih kompleks lagi.[ Red/Akt-13]   Munir Achmad Aktual News      

Sumber: