Ki Surau: Suksesi Corona Versus Kesombongan Manusia Indonesia
Jakarta, Aktual News-Saat ini kondisi Indonesia semakin tidak jelas dan semakin banyak orang sombong yang diincar azab Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Ki Surau, ahli penglihatan sosial masa depan, Sabtu (4/4) pagi di Jakarta, kondisi Indonesia semakin ketat seleksi alam. Banyak yang merasa paling super, muncul dadakan. Padahal karena sebelumnya mereka memang munafik pecundang. Siapa dan dimana sosok satria piningit atau yang sering disebut sebagai Ratu Adil. Karena bangsa ini sudah tertipu dua kali ketika rakyat digiring memilih megawati yang seolah-olah dia ratu adil taunya ratu manja. Dalam memimpin juga hipokrit. Dan Prabowo juga sama digiring seolah ia satria piningit taunya satri penakut dan gila jabatan. Nah, dalam sikon seperti ini siklus 100 tahunan dan bertepatan _*sabdo palon nagih janji.*_ Kemungkinan akan hadir orang baik yang bertobat sebagai sosok bocah angon yang akan memimpin indonesia. Pemimpin mumpuni untuk bangsanya sendiri bukan untuk bangsa lain. Dan lebih guyub tata raharja. "Kami arahkan satria pininggit itu dengan berbagai kriteria ya. _Pertama,_ ia konsisten bicara soal pribumi dan kepribumian. _Kedua,_ ia sesungguhnya orang baik yang ingin bertobat. _Ketiga,_ ia merasakan derita Bung Karno yang pernah masuk tahanan karena berjuang untuk bangsanya sendiri. Baginya masuk keluar penjara dan sering dipanggil polisi dan kodim bukan lagi hal asing. _Keempat,_ ia bukan tipe tunduk pada kepentingan komunis cina. _Kelima,_ ia ingin tumpas koruptor di negeri ini tanpa tedeng aling-aling . _Keenam,_ ia tinggal di Bogor, Jawa Barat. _Ketujuh,_ ada darah Minang dan Jawa dalam tubuhnya. _Kedelapan,_ ia pecinta budaya nusantara. _Kesembilan,_ ia ingin bangsa ini mandiri tanpa tunduk cina, tanpa bangga jadi jongos cina. _Kesepuluh,_ ia ingin politik bangsa ini menjadi panglima di dunia sebagaimana amanah alinea pembukaan UUD'45 asli bukan yang amandemen. _Kesebelas,_ ia sering dituding rasis. Meski sebenarnya, rasisme itu adalah strata tertinggi dari nasionalisme. Menurut Ki Surau lebih lanjut, pemimpin ke depan ini sosoknya lebih suka sendiri dan menjauh dari kelompok manapun dan tidak ada kepentingan apapun. Kesan frontal dan angkuh dalam prinsip tapi konsisten tidak plintat-plintut. Itu semua karena tidak ada kepentingan partai politik apapun. Ki Surau melihat saatnya bangsa ini punya presiden baru buat bangsanya. Ia memang bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Tapi ia hadir untuk siapa-siapa saja dan untuk apa-apa saja. Kehadirannya untuk menjawab tantangan penjajahan ideologi politik ekonomi sosial budaya dan doktrin agama. Tulisan ini menjawab kekuatiran masyarakat yang gerah dengan isu bakal diberlakukan Darurat Sipil. Bukan bangsa yang menumpang datang di abad 19 yang didatangkan oleh Belanda karna ingin mempunyai _kepanjangan tangan_ di bidang ekonomi untuk bertransaksi ekonomi dengan kaum pribumi. Karena teriakannya adalah nasionalisme di negara sendiri bukan di negara orang. Ia lebih ingin mengedepankan Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila dijalankan oleh semua anak bangsa dan bukan bangsa naturalisasi dan asimilasi yang sebenarnya hanya penumpang gelap di negeri ini. Tahun 2020 adalah saatnya bangsa ini punya presiden baru buat bangsanya. Ia bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Tapi ia hadir untuk siapa-siapa dan untuk apa-apa dalam menjawab tantangan penjajahan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, ekonomi dan doktrin agama. [ Red/Akt-01 ] Aktual News
Sumber: