Bandit-Bandit APBN Telah Merusak Kemakmuran Rakyat

Bandit-Bandit APBN Telah Merusak Kemakmuran Rakyat

--

 

 

Hizbullah Indonesia:

 

KETIKA PEMERINTAHAN SUDAH TIDAK MEMILIKI HARAPAN, MAKA BUAT APA DILANJUTKAN (9): Bandit-Bandit APBN Di Antara Bajingan-Bajingan Dalam Rezim Bajingan Sekarang Ini... (3)


Jakarta, AktualNews-Dari penelitian yang dilakukan para mahasiswa bimbingan saya dari sejak 2000, Pendapatan Nasional kita terbentuk oleh 45 sampai 55% Konsumsi; juga oleh 20-25% Belanja/Investasi Negara, 15-20% oleh Investasi Swasta; dan sisanya oleh Net Expor, yang kadangkala kontribusinya negatif. Keadaan itu kira-kira masih berlaku sekarang.

Mungkin dari situ Hashim Djojo, adiknya Wowok, berpikir bahwa dengan dana MBG 100 trilyun, 100 trilyun dan 100 trilyun Rupiah lagi... lalu Pendapatan Nasional (PDB) kita bisa bertumbuh mencapai 8% setahun... Tentulah pikiran sederhana seperti itu tidak benar seluruhnya. Selain MBG salah sasaran juga sudah terbukti pelaksanaannya kacau, amburadul. 

BACA JUGA:Kasus Ijazah Jokowi, Ujian Integritas Indonesia sebagai Negara Hukum

Yang butuh Gizi itu anak2 bawah lima tahun atau tujuh tahun yang masih harus berada di bawah perawatan Ortunya... Mereka yang sudah bisa bersekolah boleh dianggap telah "lolos" dari persoalan Gizi. Dalam pelaksanaannya MBG menjadi "proyek" rebutan di antara para Elit yang masih saja mau merampok kekayaan untuk dirinya.

Di luar Gaji dan lain-lain yang sudah milyaran Rupiah, baru-baru ini Rezim Keuangan Wowok menambah dana Kunjungan Kerja anggota DPR, ada sekitar 600an, dari 500 juta menjadi 700 juta Rupiah sekali kunjungan; yang dalam setahun ada 5 kali kunjungan. Jadi, masing-masing dari mereka mendapat 3.5 milyar minimal dalam setahun. Bandingkan dengan di jaman Soeharto, yang gaji seorang anggota DPR hanya satu juta, dan setiap kali kunjungan kerja hanya mendapat jatah menginap di Hotel Melati... Itu pada sekitar 1992/94 dan sebelumnya; tahun 1995 gaji naik menjadi 3 juta.

Betapa pun besar penghasilan (gaji dan lain-lain) para Wakil Rakyat itu, isi perut mereka terbatas, hanya bisa makan 3 kali sehari... Ada rumah makan yang membolehkan orang makan sepuas-puasnya dengan membayar 100 ribu; sementara di Bengkulu Utara, anak-anak di sana tidak tahu apa itu arti "sarapan".

Penghasilan besar di luar akal sehat itu tentu oleh para Pejabat Tinggi Negeri ini, selain disimpan, ditabung dan didiamkan, juga dipakai untuk membeli barang-barang mewah seperti rumah mewah, mobil mewah dan lain-lain; tidak cukup satu atau dua, tapi seabreg-abreg. Kalau rumah di Dalam Negeri, masih ada kontribusinya untuk PDB, tapi konsumsi berupa mobil dan barang-barang mewah lainnya itu, sebagian besar dananya lari ke Luar Negeri. Juga dana makan daging dan ayam KFC dan McD itu lari ke AS... Bahkan hasil dari Minyak dan Gas serta Minerba kita... juga lari ke Asing!

Jadi memperhatikan itu, si Cowboy Ndeso, Menkeu CIA, itu mestinya berpikir, bagaimana menggeser Dana Rakyat yang mengalir dari tangan-tangan Elit Pejabat dan Konglomerat Cina itu kembali ke Tangan Rakyat yang miskin dan menderita lahir dan batin selama bertahun-tahun; bahkan sejak jaman Soeharto. 

Tentu tidak lewat cara SBY atau Wiwik dengan melemparkan Kresek Isi Sembako atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang terbukti salah sasaran, melainkan memakai cara Soeharto lewat Inpres Desa Tertinggal... Biar para Ortu yang menganggur bisa memperoleh pekerjaan untuk mengurus anak-anaknya. Dijamin Program ini akan meningkatkan PDB... selain Pertumbuhan, juga Pemerataan... dan menambah Gizi!

Share
Berita Lainnya