Satu Permintaan Maaf, Tragedi Gizi yang Mengguncang Kepercayaan Publik
Ilustrasi foto Voa Indonesia --
Jakarta, AktualNews- Tangis dan suara gemetar Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S. Deyang, menjadi simbol runtuhnya kepercayaan publik terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dalam konferensi pers yang berlangsung tegang, Nanik menyampaikan permintaan maaf atas kelalaian institusinya. Namun, bagi ribuan keluarga, air mata itu datang terlambat.
Program MBG yang digadang sebagai solusi gizi anak-anak dari keluarga miskin kini berubah menjadi sumber petaka. Lebih dari 6.000 anak dilaporkan mengalami gejala keracunan, dengan Kabupaten Bandung mencatat jumlah korban tertinggi. Beberapa wilayah bahkan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).
BACA JUGA:Pemkab Karanganyar Tutup Sementara SPPG Setelah 105 Siswa Diduga Keracunan Menu MBG di Tawangmangu
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan serius: bagaimana distribusi makanan bisa lolos dari pengawasan? Apakah standar keamanan pangan hanya menjadi formalitas di atas kertas?
BGN, sebagai lembaga penanggung jawab, kini berada di bawah sorotan tajam. Permintaan maaf yang disampaikan bukan hanya soal etika, tapi juga soal akuntabilitas. Tanpa pengakuan dan tindakan konkret, perbaikan sistem hanyalah ilusi.
Krisis ini membuka borok sistem pengawasan pangan nasional. Dari dapur produksi hingga meja makan anak-anak sekolah, rantai distribusi MBG kini dipertanyakan. Publik menuntut transparansi, audit menyeluruh, dan reformasi kebijakan.
Satu hal yang pasti, tragedi ini bukan sekadar kegagalan teknis. Ini adalah kegagalan sistemik yang menuntut pertanggungjawaban nyata, bukan sekadar retorika.***
- Tag
- Share
-