Ironi Indonesia Emas: Siswa SD Dilibatkan dalam Ikut Serta Angkat MBG
--
Bogor, AktualNews – Di tengah euforia menyambut Indonesia Emas, sebuah ironi pedih mencuat dari pelosok Kabupaten Bogor, tepatnya di MI Ibnu Sina, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan. Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang digembar-gemborkan sebagai pilar penting menuju generasi emas, justru menjadi ladang eksploitasi bagi siswa Sekolah Dasar (SD).
Klaim keberhasilan program MBG yang mencapai 99,99% oleh Presiden Prabowo Subianto terasa bagai lelucon pahit di telinga warga Pamijahan. Alih-alih menikmati makanan bergizi yang seharusnya menjadi hak mereka, anak-anak kecil ini justru menjadi buruh kasar, mengangkut makanan dari Sentra Pengolahan Pangan Gizi (SPPG) Hidayatussifa. Tubuh mungil mereka dipaksa memikul beban yang seharusnya menjadi tanggung jawab orang dewasa.
Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen Anom Kalijaga Indonesia, dengan nada geram, menyebut praktik ini sebagai "perampasan masa depan anak-anak". "Ini adalah bentuk kejahatan terstruktur yang mengatasnamakan program pemerintah. Anak-anak adalah investasi masa depan bangsa, bukan budak yang bisa dieksploitasi seenaknya," tegasnya.
BACA JUGA:Mulutmu Adalah Harimaumu, Yang Akan Menerkam Dirimu Sendiri
Anom Kalijaga menuntut Badan Gizi Nasional (BGN) untuk bertanggung jawab penuh atas kejadian ini. "Jangan hanya bisa menyalahkan pihak lain. BGN harus turun tangan langsung, melakukan investigasi menyeluruh, dan memberikan sanksi tegas kepada pihak-pihak yang terlibat," serunya.
Respons pemilik SPPG Hidayatussifa, Bapak Hendri, dinilai Anom Kalijaga sebagai "bentuk arogansi dan ketidakpedulian terhadap nasib anak-anak". "Dengan entengnya beliau mempersilakan kami untuk datang dan ikut serta. Ini adalah tamparan keras bagi nurani kita semua," ujarnya dengan nada kecewa.
Tragedi Pamijahan ini adalah cermin buram dari ambisi Indonesia Emas yang dibangun di atas fondasi rapuh. Selama eksploitasi anak masih terjadi, selama hak-hak mereka masih diabaikan, selama keadilan hanya menjadi slogan kosong, maka mimpi Indonesia Emas hanyalah ilusi belaka.
Saatnya kita membuka mata, menyuarakan kebenaran, dan bertindak nyata untuk melindungi anak-anak Indonesia dari segala bentuk eksploitasi. Masa depan bangsa ada di tangan mereka, dan kita tidak boleh membiarkan masa depan itu dirampas oleh keserakahan dan ketidakpedulian.***
- Share
-