Harga Gabah Anjlok, Petani Terpuruk di Gowa dan Takalar
--
Gowa, AktualNews - Harga gabah di tingkat petani mengalami penurunan tajam, dengan harga yang dibeli oleh tengkulak hanya Rp5.300 per kilogram, jauh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang seharusnya mencapai Rp6.500 per kilogram. Penurunan harga ini menyebabkan kerugian besar bagi petani di Kabupaten Gowa dan Takalar. Salah satu faktor utama yang diduga memperburuk keadaan adalah kurangnya perhatian dan pengawasan dari pemerintah daerah terhadap stabilitas harga gabah di pasar lokal. Meskipun Bulog berupaya untuk menyerap gabah di kedua wilayah tersebut, langkah ini belum mampu meredakan ketidakseimbangan harga yang terjadi.
Dengan harga yang terjun bebas hingga Rp5.300 per kilogram, petani di Kabupaten Gowa menghadapi kesulitan ekonomi yang serius. Mengingat struktur biaya produksi yang tinggi dan luas lahan yang terbatas, kesejahteraan petani semakin jauh dari harapan. Berikut adalah analisis sederhana tentang bagaimana kondisi ini mempengaruhi petani di Gowa:
1. Biaya Produksi Gabah per Hektare
Di lapangan, biaya produksi per hektare sawah berkisar antara Rp7 juta hingga Rp10 juta. Variasi ini dipengaruhi oleh lokasi, kualitas irigasi, penggunaan pupuk, dan tenaga kerja yang dibutuhkan.
2. Hasil Panen Gabah
Rata-rata hasil panen gabah di Gowa berkisar antara 5 hingga 6 ton gabah kering per hektare. Dengan harga gabah Rp5.300 per kilogram, pendapatan yang dihasilkan dari satu hektare bisa dihitung sebagai berikut:
BACA JUGA:Kemenag RI Raih Banyak Prestasi, SEMA PTKIS Siap Kolaborasi
Pendapatan kotor = 6.000 kg × Rp5.300 = Rp31.800.000
Setelah mengurangi biaya produksi (misalnya Rp9 juta), petani akan memperoleh laba bersih sekitar Rp22,8 juta per musim tanam.
Namun, sebagian besar petani di Gowa hanya menggarap lahan sekitar 0,3 hingga 0,5 hektare. Jika seorang petani hanya mengelola 0,3 hektare, pendapatan bersih yang diperoleh per musim tanam adalah sekitar Rp6,8 juta.
Dengan dua musim tanam dalam setahun, total pendapatan bersih petani bisa mencapai sekitar Rp13 hingga 14 juta per tahun.
3. Kesimpulan
Dengan luas lahan yang terbatas dan harga gabah yang anjlok, petani di Gowa sulit untuk mencapai kesejahteraan, apalagi jika mereka tidak memiliki sumber pendapatan lain. Dampak dari harga gabah yang rendah sangat terasa bagi petani kecil, yang menjadi semakin terpuruk tanpa adanya kebijakan yang efektif dari pemerintah.
Catatan: Suara-suara kecil dari petani harus didengarkan dan dihargai. Jangan hanya yang besar yang diangkat, tapi juga perhatian terhadap masalah yang dihadapi oleh petani di lapangan.***
- Share
-