Seni dan Film: Senjata Bersama untuk Berantas Korupsi di Indonesia
--
Jakarta, AktualNews -- Jambur Desa Budaya Lingga, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, menjadi titik pertemuan ratusan warga dan seniman dalam acara Kongkow Film SinemAksi bertema "Seni sebagai Media Pendidikan Antikorupsi" di awal Oktober lalu. Kegiatan ini merupakan bagian dari perayaan satu dekade Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) yang diinisiasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan dukungan Yayasan Sinema Manuprojectpro Indonesia, acara ini dihadiri lebih dari 500 peserta, mulai dari siswa sekolah hingga komunitas seni lokal, yang antusias mengikuti berbagai sesi edukatif berbasis seni.
Puncak acara menampilkan diskusi panel bertema "Menggugah Kesadaran Antikorupsi Melalui Seni", yang menghadirkan narasumber penting seperti Ceria Sinulingga dari Desa Budaya Lingga, penyuluh antikorupsi Peranita Sagala, serta sutradara Andre Doms dan Dr. Immanuel Prasetya Gintings dari Yayasan Sinema Manuprojectpro Indonesia. Para narasumber sepakat bahwa seni, terutama film, memiliki kekuatan dalam menyampaikan pesan moral antikorupsi dengan cara yang lebih mudah diterima masyarakat.
Kegiatan ini ditutup dengan pertunjukan musik dan tari dari Sanggar Sora Kemulihen serta penayangan film-film edukatif antikorupsi, yang diharapkan memberikan inspirasi kepada masyarakat untuk lebih melek akan isu korupsi.
Sebelumnya, di pengujung September lalu, semangat serupa juga menggema di Purbalingga, Jawa Tengah, melalui acara SinemAksi yang digelar di Bioskop Misbar, Taman Kota Usman Janatin. Bertema "Purbalingga Lawan Korupsi", ratusan anak muda memadati lokasi untuk menyaksikan berbagai bentuk seni, mulai dari pemutaran film, pertunjukan musik, teater, hingga stand-up comedy. Acara yang diprakarsai oleh Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga (Yayasan Gairah Sinema Muda) ini menggabungkan seni dengan pesan moral dan menciptakan ruang bagi seniman untuk menyuarakan keresahan mereka terhadap korupsi.
BACA JUGA:KPK Sampaikan Sejumlah Dugaan Anomali di Sektor SDA pada Kejati NTB
BACA JUGA:KPK Lakukan Perbaikan Tata Kelola Rutan melalui Sidak dan Dialog
Indah Yulianti, seorang mahasiswa Ilmu Politik dari Universitas Jenderal Soedirman, mengungkapkan bahwa acara ini membuka matanya terhadap bahaya korupsi dan bahkan menginspirasinya untuk membuat film bertema serupa. Ia juga menegaskan keyakinannya bahwa di tengah tantangan yang dihadapi, KPK masih memiliki peran penting dalam memberantas korupsi melalui pendekatan seni.
Sementara itu, Iqbal Bayu Satrio dari Standup Indo Purbalingga menyoroti bagaimana seni dapat menjadi alat untuk menyuarakan perjuangan melawan korupsi, “Ya, begini seharusnya. Menyuarakan antikorupsi, ya, lewat seni,” ujarnya.
Diskusi publik di acara ini menghadirkan Kasatgas IV Direktorat Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK, Medio Venda Sukarta, yang menekankan pentingnya peran film sebagai media pendidikan antikorupsi. Ia menambahkan bahwa pemberantasan korupsi tidak selalu harus dilakukan dengan penangkapan, tetapi juga melalui pengajaran nilai-nilai integritas kepada masyarakat. Diskusi ini juga melibatkan Dr. Jebul Suroso, Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto, dan Bowo Leksono, Direktur CLC Purbalingga.
Dengan serangkaian kegiatan yang memadukan seni dan pendidikan, baik di Karo maupun Purbalingga, KPK bersama masyarakat terus menunjukkan bahwa perjuangan melawan korupsi dapat dilakukan melalui beragam pendekatan, termasuk seni dan budaya. Sinergi ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dan memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberantasan korupsi sebagai tanggung jawab bersama.***
Sumber: