Boneka Arwah VS Boneka Kekuasaan Gus Uwik

Senin 10-01-2022,06:40 WIB
Reporter : Aktual News
Editor : Aktual News

  Peneliti Pusat Kajian Peradaban Islam.    Jakarta, Aktual News-Boneka arwah spirit doll kini menjadi guncingan publik. Boneka yang seharusnya buat mainan anak-anak, justru saat menjadi "mainan" bahkan menjadi "bagian keluarga" bagi sebagian artis. Sebagian artis menegaskan bahwa boneka arwah tersebut adalah "anaknya" atau memang mainan anaknya. Namun ada artis yang sampai marah kalau itu di sebut boneka sehingga diberilah "nama" agar nampak "hidup" layaknya bayi. Penyuka boneka arwah begitu berkorban untuk mendapatkan dan memeliharanya. Walau merogoh kocek dalam untuk mendapatkannya dilakukan. Termasuk mendadaninya. Dipermak sedemikian rupa sehingga nampak "asli" seperti bayi. Dan di puja-puji sedemikian rupa karena dianggap membawa keberuntungan, kebahagiaan, ketentraman, dll. Dan sang boneka di anggap sebagai keluarga. Apapun akan di bela demi dia. Tentu ini sudah over dosis. Menempatkan mainan melebihi kelayakan sebuah mainan. Fenomena masyarakat metropolis lagi liberal yang kosong dari sisi spirit iman. Namun, sejatinya ada boneka yang jauh lebih membahayakan dari boneka arwah. Daya rusaknya begitu luar biasa. Mampu merusak seluruh Indonesia, baik fisik maupun iman rakyatnya. Masyarakat sudah mengenalnya bahkan sudah tahu ciri-cirinya. Bukan hanya itu juga sudah tahu keberadaannya. "Boneka" ini adalah piaraan kesayangan oligarki baik nasional maupun internasional. Boneka yang ditancapkan di jantung kekuasaan negeri ini yang dengan posisinya "membela" dan "memuluskan" setiap agenda dan kepentingan oligarki. Boneka tersebut dikendalikan dan dalam kendali oligarki. Tidak bisa lepas karena tali pengekangnya begitu kuat. Dia harus melayani tuan oligarkinya. Jika "mbalelo" tamatlah riwayatnya. Apa yang dilakukan boneka tersebut hanya untuk tuan oligarkinya saja. Masa bodoh dengan rakyatnya. UU yang di buat sejatinya untuk membela bisnis dan kepentingan tuannya semata. Dibuat sedikit "gimik" dalam kata dan narasi sehingga nampak membela wong cilik. Namun itu semua hanyalah pemanis saja. Faktanya, SDA yang melimpah masih jadi bancaan para oligarki. Mereka menguasai aset tanah hingga jutaan hektar. Mereka menguasai aset tambang-tambang strategis, seperti; minyak, batu bara, nikel, emas, dll. Bukan hanya satu titik, namun puluhan hingga ratusan titik. Dan masih banyak lagi. Belum lagi kartel sembilan bahan pokok. Semua dikendalikan oleh para oligarki. Mereka menguasai 99% kue ekonomi masyarakat Indonesia. Padahal para oligarki itu hanya 1% jumlahnya. Sungguh serakah. Wajar jika mereka begitu kaya raya. Sedangkan sebagian besar rakyat harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan makan dan penghidupan yang layak. Demi rakyat, hanya pepesan kosong semata. Inilah negara korporatokrasi. Istilah yang merujuk kepada perusahaan-perusahaan besar yang mendominasi, bahkan 'mengendalikan' pemerintahan. Indikator adalah proses tata kelola negara sampai sekarang ini lebih banyak dan semakin banyak ditentukan oleh peran-peran _private sector,_ kelompok atau kekuatan bisnis. Boneka ini juga sama mendapat perlakuan dan perlindungan seperti boneka arwah. Di puja-puji akan keberhasilannya walau jauh panggang dari api. Biar nampak sukses dan pro rakyat. Padahal antara keberhasilan dengan kerusakannya tidak sebanding. Boneka inipun akan dibela mati-matian jika ada yang mengkritik. Pasukan buzzeRp dan aparat penegak hukum disiapkan untuk "menyalak". Di padu dengan UU ITE semua pengkritik bisa dikondisikan. Mau aman atau dipersoalkan. Inilah fenomena masyarakat sakit. Boneka arwah dan boneka kekuasaan sama-sama di puja. Akal sehat tidak mampu menjangkau kebenaran yang ada. Semua dibutakan oleh jampi-jampi kekuasaan yang melenakan rakyat. Sehingga itu semua nampak seperti biasa lagi lumrah. Padahal keduanya mempunya daya rusak yang begitu luar biasa. Namun aneh, kebanyakan tidak menyadarinya. Malah memujanya.[ Red/Akt-01 ]   AktualNews .

Tags :
Kategori :

Terkait