Pemandangan Jumat Pagi, …Astagfirullah!

Sabtu 04-09-2021,20:00 WIB
Reporter : Aktual News
Editor : Aktual News

Foto : Sungai Kali Garang.   Bogor, Aktual News - Kopi susu pagi hari menemani Jumat yang selalu kuharap kan penuh berkah. " Ma, ayo lekas diminum, segera berangkat!" " Ya, Kak, siap!" Jawabku pada Syadrina, Pelangi Hidupku. Motor Scoopy Putih coklat tahun 2016 yang manis sudah bersiap mengantar kami. Semua keperluan sekolah Syadrina, keperluan ku, juga keperluan suamiku sudah siap dibawa. Kukunci pintu rumah dan kugembok pintu pagar. Jalan Bendungan adalah jalur pertamaku menuju Jalan Basudewa hingga tiba di sekolah Syadrina. Setibanya motor melintas Jalan Basudewa, aku dikejutkan pemandangan yang tak biasa. Sudah sebulan ini aku memang terbaring sakit dan baru kali ini melintas kembali jalan tersebut. " Jangan kaget, Ma. Sekarang pemandangan kalau Jumat pagi seperti itu!" Ujar papa Syadrina " Iya, tuh Ma" Syadrina menguatkan. Ya, Tuhan....aku meneteskan air mata, saat mataku melihat pemandangan indah Sungai Kaligarangku dipenuhi wajah-wajah lusuh. Ada yang berdiri dengan gerobak rongsokan ya, ada yang duduk-duduk berkerumun sambil memegang karung atau kresek. Wajah dari kalangan anak kecil hingga tua renta dengan pakaian yang lusuh. Satu- persatu aku tengok di arah kiri sepanjang sungai yang kulewati. Air mataku bukan karena aku iba melihat keadaannya. Namun, aku merasa malu dengan suasana yang kulihat. Saat sebuah mobil sedan berhenti dan mengeluarkan kardus atau kotak nasi semua bergegas menghampiri dan saling berebut. Mereka tak mengindahkan lagi protokol keseshatan psycal.distancing, bahkan masker saja mereka tak memakainya. Di ujung Jalan Basudewa Scoopy pun berbelok ke kiri. " Ma...jangan kau kasihan dengan mereka. Soalnya sebagian besar mereka itu " mbasangi" alias pasang badan untuk mendapatkan satu dua atau tiga kotak nasi." Nasihat suamiku terngiang-ngiang. Sepanjang jalan usai melepas Syadrina di sekolahnya, aku terus memikirkan pemandangan itu, dan aku sempat melihat ada wajah tetanggaku yang kurasa ekonominya masih cukup baik hidup layak di kota ini. Tapi, dia ikut " mbasangi" bahkan anak cucunya juga diajak bergantian ikut antre nasi kotak. Ya, Tuhan...bukan Iba hatiku, tapi aku malu dan merinding, kenapa mereka mengemis nasi kotak. [Red/Akt-23]   Penulis By ; Mellia Luciana Aktual News

Tags :
Kategori :

Terkait