Yan Warinusi, 64 Tahun GKI Harus Jadikan Rujukan Pembangunan Manusia di Tanah Papua

Minggu 25-10-2020,17:34 WIB
Reporter : Aktual News
Editor : Aktual News

Manokwari, Aktual News - Advokad Senior Yan Cristian Warinusi, memaknai 64 Tahun Injil di Tanah Papua perlu menjadi catatan sejarah pembangunan manusia Papua . Yan Warinusi menjelaskan Injil adalah Kabar Suka Cita sekaligus adalah Damai Kristus yang mendamaikan suku-suku dan membuka tabir kegelapan di Tanah Papua, karena itulah mantan Gubernur Papua, DR.Drs.J.P.Solossa, M.Si pernah menulis bahwa kedua rasul Papua yaitu Ottow dan Geissler telah menjadi perintis dalam bidang pendidikan, kesehatan dan penegakkan Hak Asasi Manusia " Itulah sebabnya sejak tahun 2004 yang lalu, atau 4 (empat) tahun sesudah berlakunya Undang Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, Pemerintah Papua telah mencanangkan Hari Pekabaran Injil sebagai hari libur resmi." Ujar Yan Warinusi Minggu, 25 Oktober 2020. Warinusi menambahkan perayaan HUT Pelebaran Injil ke 64 tahun 26 Oktober 2020 tersebut juga dijadikan sebagai landasan pembangunan dalam segala bidang dengan motto : "Pembangunan Papua dimulai dari Mansinam" dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan semangat juang yang berasaskan spiritualitas dan pelayanan masyarakat yang menyeluruh. Kini justru setelah Tanah Papua terbagi dalam 2 (dua) wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat, perayaan HUT Pekabaran Injil melalui motto tersebut kian mengemuka dalam program pemerintah di kedua Provinsi tersebut (Papua dan Papua Barat). Besok, Senin 26 Oktober 2020 adalah Hari Ulang Tahun ke -64 dari Gereja Kristen Injili (GKI) Di Tanah Papua "GKI Di Tanah Papua adalah buah utama dari hasil persemaian dan pertumbuhan Injil Kritus diatas Tanah Papua selama 1 (satu) abad 1 (satu) tahun (1855-1956). Dimana dalam perjalanan penginjilan dengan membuka lapangan terbang dan pelabuhan laut, untuk menunjang Missi Pekabaran Injil melalui pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar kala itu." Tambah Yan Warinusi. Lanjutnya Injil diwartakan sesuai amanat Bukit Zaitun sebagaimana ditulis di dalam Kitab Injil Matius 28 ayat (18-20) : "Kepada Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Atas dasar perintah Bukti Zaitun itulah maka pada akhirnya tanggal 26 Oktober 1956 di gedung Gereja Kristen Injili (GKI) Harapan Abepura, secara resmi GKI berdiri resmi sebagai sebuah organisasi moderen pertama di Tanah Papua." Katanya. Untuk pertama kalinya dipimpin oleh Pendeta Orang Asli Papua yaitu Pendeta Filep Jacob Spencer (F.J.S) Rumainum. Sejak 26 Oktober 1956 hingga hari ini GKI telah menjadi Gereja Kristen terbesar di Tanah Papua. Bahkan seyogyanya GKI menjadi rujukan bagi pemerintah-pemerintah yang berkuasa di atas Tanah Papua dalam melakukan upaya "mengambil hati" orang Papua dari dulu. Tidak heran, Pdt.Rumainum sempat duduk pula sebagai salah satu anggota Dewan Penyantun Universitas Cenderawasih (Uncen) yang didirikan sebagai lembaga resmi pemerintah Indonesia di Tanah Papua, yaitu Abepura pada 10 November 1962. GKI Di Tanah Papua karena itu menurut saya menjadi titik perhatian nasional dan internasional sepanjang berbicara mengenai Tanah dan Rakyat Papua. Ke depan dalam usianya yang ke-64 tahun, GKI Di Tanah Di Tanah Papua harus dapat mengimplemetasikan isi syair lagu berjudul Siarkan ke benua, Nyanyian Suara Gembira nomor 18, karya Domine Isaac Semuel Kijne yang berbunyi : "Siarkan ke benua se dunia besar, ke kampungnya semua. T'rang Injil yang benar, T'rang Injil yang benar." GKI Di Tanah Papua mesti menjadi Garam dan Terang bagi Tanah dan Orang Asli Papua. Pedoman Perintah Bukit Zaitun masih relevan dan implementasinya dimulai dengan Pembangunan Tanah Papua dimulainya dari Pulau Mansinam. Karena dalam sejarahnya dahulu (1855), Ottow dan Geissler memasuki untuk menginjakkan kakinya di Pulau tersebut, bahkan untuk mempertahankan benih Injil tersebut, keduanya pernah bersama rakyat lokal (Suku Doreri) berperang melawan kaum perompak (bajak laut) hingga ke luar Pulau Mansinam hanya dengan memakai perahu bercadik semata. Dirgahayu GKI di Tanah Papua ke-64 (26 Oktober 1956-26 Oktober 2020). [ Red/Akt-19 ]   Nesta/Yw Aktual News

Tags :
Kategori :

Terkait