Jakarta, Aktual News-Jauh hari sebelum ini sudah ada prediksi, bahwa pemilu 2019 berpotensi menjadi semacam liang-lahat bagi sejumlah parpol. Bukan saja parpol yang baru eksist sebagai peserta pemilu 2019 ini melainkan tidak kecuali parpol-parpol lama yang sudah berulangkali mengikuti kontestasi pesta demokrasi, baik pemilu presiden/wakil presiden dan pemilu legislatif mau pun pemilu kepala daerah/ wakil kepala daerah. Antara lain media JawaPos.com edisi 26 Agustus 2018 mengabarkan paparan Founder ARC Hasanudin Ali hari Minggu 26 Agustus 2018 di Hotel Oria Jakarta yang memprediksi hanya 5 parpol bakal meraih suara 4% Parliamentary Treshold yaitu : PDIP, Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat dan PKB. Datang pada hari Rabu 13 Maret 2019, media katadata.commemberitakan keterangan Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI, Syamsudin Haris, yang menyebut pemilu 2019 akan menjadi kuburan massal bagi parpol. Dengan mengutip hasil survey Konsepindo dari 1.200 responden, Syamsudin memprediksi pemilu 2019 hanya menampilkan 4 parpol yang bakal meloloskan wakilnya duduk di DPR RI Senayan, yaitu : PDIP, Gerindra, Partai Golkar dan PKB. Sehingga terkesan bukan saja parpol-parpol nonseat seperti PBB dan PKPI melainkan parpol lain yang wakil-wakilnya sedang duduk di DPR RI bakal ikut-ikutan terkubur, yaitu : PKS, Partai Nasdem, PAN, PPP dan Partai Hanura.
Prediksi ini berbeda dibandingkan hasil survey nasional Voxpol Center Research and Consulting dan hasil wawancara tatap muka dengan 2.000 responden Litbang Kompas yang dua-duanya juga dilakukan sebelum pemungutan suara. Dari keterangan Pangi Syarwi Chaniago, Direktur Eksekutif Voxpol Center yang diberitakan oleh media suarasurabaya.netedisi Senin 11 Maret 2019 ada 9 parpol yang diprediksi bakal lolos dan ke-9 parpol itu persis sama seperti prediksi Litbang Kompas sebagaimana diberitakan media WARTAKOTAlive.com edisi Kamis 21 Maret 2019, yaitu : PDIP, Partai Gerindra, Partai Golkar, PKB, PKS, Partai Nasdem, Partai Demokrat, PAN dan PPP. Urut-urutannya berdasarkan prediksi akumulasi perolehan suara pun nyaris persis satu sama lain, kecuali nomor 5 dan nomor 7 antara PKS dan Partai Demokrat. Voxpol Center menempatkan Partai Demokrat pada urutan ke-5 dan PKS urut ke-7, sebaliknya menurut Litbang Kompas PKS justru pada urut ke-5 sedangkan Partai Demokrat pada urutan ke-7.
Ternyata, melihat hasil quick count beberapa lembaga survey pasca pencoblosan hari Rabu 17 April 2019 nampak prediksi Voxpol Center dan Litbang Kompas justru lebih mendekati kebenaran. Hasil quick countCharta Politika pada posisi suara masuk 85,05% yang diberitakan jpnn.com 18 April 2019 sama dengan Poltracking Indonesia pada suara masuk 94,30 % di media Liputan6.comKamis 18 April 2019, yaitu disebut 9 parpol bakal meloloskan wakilnya ke Senayan, persis seperti prediksi Voxpol Center dan Litbang Kompas. Urut ke-1 s/d urut ke-4 antara keduanya sama dan sama pula dengan Voxpol Center Research dan Litbang Kompas, mulai PDIP disusul Partai Gerindra, Partai Golkar dan PKB begitu pula urut ke-8 PAN dan ke-9 PPP. Sedikit perbedaan hanya pada urut ke-5, ke-6 dan ke-7 akan tetapi pada posisi itu tetap saja bertengger ke-3 parpol yang sama yaitu PKS, Partai Demokrat dan Partai Nasdem. Ke-9 parpol ini juga yang diprediksi mencapai parliamentary threshold dan lolos ke Senayan menurut hasil hitung cepat LSI Denny JAdengan sampel 2.000 TPS.
Dengan demikian, rasanya tidak berlebihan bila pagi-pagi kita bisa saja berasumsi bahwa dari pemilu legislatif hari Rabu 17 April 2019 ini, antara lain :
· Hanya 9 (Sembilan) parpol yang berpeluang meraih ambang parliamentary threshold 4% hingga dapat menempatkan wakilnya di DPR RI
· Ke-9 parpol itu adalah parpol lama atau yang sebelum ini sudah ada wakilnya di DPR RI melalui hasil pemilu 2014
· Dari ke-12 parpol peserta pemilu 2014, selain PBB dan PKPI parpol lama yang sekarang non-seat berpotensi gagal lagi mendudukan wakilnya di Senayan dalam pemilu 2019 ini, maka 1 (satu) parpol lainnya yang mungkin akan ikut tersungkur adalah Partai Hanura.
· Ke-4 parpol peserta baru dalam pemilu 2019 ini ternyata tak punya cukup kemampuan merubah peta politik praktis tanah air, maka mau tak mau percaturan politik negeri ini dalam 5 (lima) tahun ke depan masih akan tetap didominasi ke-9 parpol lama peserta pemilu 2014 yang kali ini diprediksi kembali bakal lolos dalam kontestasi pemilu 2019.
Dari fenomena ini nampak salah satu hal yang menarik antara lain soal potensi tumbangnya Partai Hanura, yang tercatat sebagai salah satu parpol pendukung capres incumbent, Ir Joko Widodo. Parpol besutan mantan Menhankam/PANGAB era rezim Suharto, Jenderal Purn Wiranto ini, memang kelihatan mulai meredup tatkala ditinggalkan salah seorang pendukung militannya, Faizal Akbar, wartawan senior yang sekarang duduk di Senayan dari Partai Nasdem dan kembali mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI 2019-2024 dari Sulawesi Selatan Daerah Pemilihan II.
Artinya masuk bergabung ke dalam bangunan koalisi untuk mendukung capres incumbent Jokowi ternyata bukan pilihan yang tepat untuk mendulang suara atau pun menjaga amannya perolehan suara bagi sesuatu parpol dalam pemilu badan-badan legislatif. Mungkin bisa saja lain apabila ke-2 momentum pemilu legislatif dan pilpres dilaksanakan pada waktu yang berbeda.
Tak heran, kalkulasi Prof Yusriel Ihza Mahendra sebagai alasannya membangun kedekatan dengan menggiring PBB ikut bergabung memberikan dukungan terhadap capres incumbent Joko Widodo agaknya tidak akan membuahkan hasil. Di dalam sebuah talkshow di TVOne beberapa waktu lalu Yusriel mengaku salah satu alasannya bergabung dengan kubu Jokowi antara lain menyelamatkan suara PBB dari pengalaman pemilu 2014. Akan tetapi ternyata, dari hasil survey semua lembaga survey yang sudah dipublikasikan ke khalayak baik sebelum mau pun sesudah hari pencoblosan Rabu 17/4, nampaknya tidak ada satu pun yang menempatkan PBB sebagai parpol yang mencapai parliamentary threshold 4%.[ Red/Akt-13 ]
Munir Achmad Aktual News